Pelestarian tradisi budaya Bali dalam arsitektur bangunan publik masa kini : pada bangunan Mandala Agung Puri Ahimsa di Desa Mambal - Bali

Show simple item record

dc.contributor.author Sombu, Alwin Suryono
dc.contributor.author Herwindo, Rahadhian Prajudi
dc.contributor.author Arif, Kamal A.
dc.contributor.author Kharismanto, Adri Ramdhani
dc.date.accessioned 2020-03-03T01:38:48Z
dc.date.available 2020-03-03T01:38:48Z
dc.date.issued 2019
dc.identifier.other 144264
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/10278
dc.description.abstract Diantara banyak bangunan asing di Bali, Puri Ahimsa bergaya arsitektur vernakular menunjukkan kebertahanan Budaya Bali dalam arsitektur masa kini. Tulisan ini mengungkap wujud-wujud Budaya Bali dalam arsitektur bangunan utama (Mandala Agung) healing center Puri Ahimsa dan pelestariannya secara kualitatif-deskriptif. Sistem fisik-sosial-nilai dari wujud Budaya Bali diungkap melalui kesadaran inderawi-tujuan-esensi dari Mandala Agung (posisi, arsitektur). Posisi bangunan pada area tengah terkait fungsinya untuk berdiskusi (konsep Tri Angga). Esensinya untuk relasi antar manusia-manusia dan manusia-alam, sehingga tercipta lingkungan serasi manusia-alam-Tuhan dalam tapak Puri Ahimsa (nilai Tri Hita Karana). Perbedaan Mandala Agung dari wantilan adalah pada bentuk atap kerucutnya, namun serupa pada bahan atap, keterbukaan, rangka bangunan dan peninggian lantai, sehingga karakter Budaya Bali masih terasa. Bentuk kerucutnya mengikuti konsep tumpeng Budaya Bali, simbol terima kasih kepada Alam (nilai Manik Ring Cecupu), fungsinya untuk diskusi membentuk relasi manusia-manusia, terbuka ke sekeliling membentuk relasi manusia-alam, bukaan sky-light membentuk relasi manusia-Tuhan. Konsep Tri Angga berupa kepala (sky-light, atap) - badan (dinding terbuka) - kaki (lantai tinggi). Esensinya: Bentuk ruang ‘sepasang setengah lingkaran’ sebagai penyatuan perbedaan (Rwa Binedha); Tempat diskusi sekaligus olah jiwa adalah adaptasi arsitektural masa kini (Desa Kala Patra). Bukaan ke samping - ke atas sebagai relasi harmonis manusia - alam - Tuhan (Tri Hita Karana). Pelestarian Budaya Bali: Arsitektur Wantilan dilestarikan dengan tindakan replika dan adaptasi; Tri Angga (zonasi) dipreservasi dan diadaptasi; Manik Ring Cecupu (relasi manusia-alam) dipreservasi; Rwa Binedha (penyatuan perbedaan) dipreservasi; Desa Kala Patra (adaptasi arsitektur kekinian) dipreservasi; dan Tri Hita Karana (relasi manusia-alam-Tuhan melalui keterbukaan bangunan) dipreservasi. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Universitas Katolik Parahyangan en_US
dc.title Pelestarian tradisi budaya Bali dalam arsitektur bangunan publik masa kini : pada bangunan Mandala Agung Puri Ahimsa di Desa Mambal - Bali en_US
dc.type Research Reports en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account