Abstract:
Dalam 15 tahun terakhir, industri tekstil meningkat dua kali lipat dan diprediksi akan terus meningkat akibat peningkatan populasi kelas menengah. Setiap harinya industri tekstil memproduksi limbah cair berwarna yang berasal dari bahan kimia (pewarna sintesis, mordant) yang merusak ekosistem dan membahayakan kesehatan manusia. Permasalahan lingkungan dan kesehatan yang dihadapi ini telah memicu beberapa peneliti dan praktisi industri untuk mencari solusi nyata, salah satunya adalah penggunaan pewarna alami. Pewarna alami adalah pewarna yang sustainable, namun sayangnya masih belum bisa memenuhi permintaan yang besar dari industri tekstil. Hal ini dikarenakan oleh keterbatasan teknologi dalam mengekstrak pewarna alami, ketidakcocokan pewarna alami dengan mesin dan material kain yang sudah ada, warna yang kurang beragam dan lemahnya kekuatan warna alami jika dibandingkan dengan pewarna sintesis.
Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pewarna alami siap pakai yang memiliki kekuatan warna seperti pewarna sintesis. Penelitian mencakup ekstraksi pewarna alami dari kunyit dengan pelarut air dan formulasi larutan zat warna siap pakai. Ekstrak kunyit ditambahkan dengan komponen fixative atau pengikat berupa emulsifier dan mordan (mordant), dimana rasio konsentrasi emulsifier dan mordan akan divariasikan. Mordan yang digunakan adalah jeruk nipis dan kapur (CaCO3). Emulsifier yang digunakan adalah Tween 80. Formulasi zat warna kemudian digunakan dalam proses pencelupan kain. Kain pewarnaan kemudian dianalisa lebih lanjut mengenai koordinasi warna, kekuatan warna, dan ketahanan warnanya.
Hasil menunjukkan bahwa mordan jeruk nipis menghasilkan warna yang lebih cerah dibandingkan kapur, dengan ketahanan warna setelah proses pencucian sebesar 82%. Penambahan emulsifier dianggap memberikan efek yang kurang baik terhadap kekuatan dan ketahanan warna.