Abstract:
Penelitian ini menjelaskan karakteristik diplomasi Korea Selatan terhadap Jepang terkait isu comfort women di bawah pemerintahan Moon Jae-in. Isu historis dapat berujung pada sengketa diplomatik dan membutuhkan penyelesaian yang tepat agar dapat membangun hubungan baik antar negara. Normalisasi diplomatik merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh dua negara untuk memulai hubungan baik pasca sengketa. Sengketa diplomatik antara Korea Selatan dan Jepang terkait isu comfort women masih terus bergulir. Meskipun kedua negara telah mencapai kesepakatan normalisasi hubungan pada tahun 1965, namun isu comfort women masih menjadi rintangan dalam hubungan Korea Selatan dan Jepang. Moon, presiden Korea Selatan saat ini, telah mengambil jalan yang berbeda bila dibandingkan degan pemerintahan sebelumnya, yakni Park Geun-hye. Moon dan Park memilih cara yang berbeda dalam berdiplomasi dengan Jepang karena dipengaruhi oleh faktor internasional maupun domestik, dan juga adanya perbedaan fokus dalam diplomasi yang dijalankan oleh keduanya. Maka dari itu, pertanyaan penelitian yang diajukan adalah, “Apa karakteristik pemerintahan Moon dalam diplomasi Korea Selatan dengan Jepang terkait isu comfort women?” Konsep yang digunakan untuk menganalisa adalah diplomasi dari perspektif neorealis, diplomasi asertif, dan teori two-level game. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Kesimpulan yang didapatkan adalah, karakteristik diplomasi Korea Selatan terhadap Jepang terkait isu comfort women di bawah pemerintahan Moon ditandai sebagai diplomasi asertif yang ditandai dengan pembubaran Reconciliation and Healing Foundation dan pendekatan dua jalur.
