Abstract:
Perbedaan konsep tentang ruang sakral yang dimulai sejak peristiwa reformasi pada abad ke-
16 masih memengaruhi ekspresi bentuk dan ruang arsitektur gereja sampai saat ini. Banyaknya
arsitektur gereja yang sulit dibedakan dengan fungsi profan menunjukkan pemahaman konsep ruang
sakral yang terus berkembang sesuai dengan teologi yang dipahami. Signifikansi ekspresi sakral
pada arsitektur gereja menunjukkan adanya permasalahan dalam ekspresi bentuk arsitektur gereja
yang semakin beragam.
Arsitektur gereja menampilkan ekspresi fungsinya secara berlapis. Lapis pertama dapat ditangkap
secara perseptual melalui ekspresinya yang menunjukkan fungsi sakral. Lapis selanjutnya ditangkap
secara asosiatif dari ekspresinya yang terpengaruh dari tradisi dan ideologi gereja. Pada lapis yang
tertinggi ekspresi sakral ditampilkan secara puitik. Ekspresi puitik yang tampil dalam arsitektur
gereja sangat mendukung fungsi sakralnya. Sifat puitik yang menggugah perasaan dan
membangkitkan imajinasi sesuai dengan fungsi sakral gereja sebagai sebuah ambang yang menandai
perbedaan dunia profan dan sakral.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap seluruh hubungan yang terjalin antara bentuk dan ruang
arsitektur gereja Objek Studi dengan ekspresi puitik sakral yang ditampilkan. Manfaat diharapkan
untuk menjadi perbendaharaan konsep tentang arsitektur gereja serta bagi penelitian-penelitian yang
terkait.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif karena berkaitan dengan interpretasi
ekspresi. Interpretasi dilakukan dengan membuat acuan membaca ekspresi puitik sakral, yang
dirumuskan melalui elaborasi konsep puitik sakral pada properti dan komposisi arsitektur di setiap
lingkup arsitektur yang meliputi lingkup lingkungan, lingkup tapak, lingkup bentuk bangunan dan
lingkup sosok bangunan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ketiga arsitektur Objek Studi menampilkan ekspresi sakral pada
lapis perseptual dan asosiatif yang dipengaruhi tradisi gereja dan ideologi Protestan, dari properti
dan komposisi arsitekturnya, terutama ditampilkan pada lingkup bentuk bangunan. Lapis makna
tertinggi ditampilkan arsitektur gereja Paulus dari proporsi bentuk atap yang mendominasi bangunan
dan mengarah ke atas, menampilkan ekspresi puitik sakral dalam lingkup lingkungan. Arsitektur
gereja Immanuel juga menampilkan ekspresi puitik sakral pada lingkup tapak melalui sekuen sakral
menuju bangunan dan pada sosok bangunan, melalui penetrasi unsur alam dari atap kubah.
Dinamika cahaya dalam pergantian waktu dan musim membangkitkan imajinasi sakral tentang
berkat ilahi.