Abstract:
Pada pembangunan Jalan Tol Cisumdawu, akan ada pembangunan terowongan pertama untuk jalan tol di Indonesia tepatnya berada di Sta. 12+600 – Sta. 13+100. Total panjang pembangunan terowongan adalah 472 meter dan memiliki diameter 14 meter. Kondisi geologi di daerah terowongan merupakan daerah perbukitan vulkanik berumur quarter dan sudah menjadi tanah residual. Oleh karena itu, kontruksi terowongan utama sepanjang 362 meter menggunakan metode NATM (New Austrian Tunneling Method). Tingkat kesulitan pelaksanaan terowongan pada tanah sangat ditentukan oleh stand-up time dan posisi muka air tanah. Posisi terowongan di atas muka air tanah, stand-up time ditentukan oleh kuat geser dan kuat tarik material, sedangkan di bawah muka air tanah, stand-up time ditentukan oleh nilai permeabilitasnya. Penurunan tanah di permukaan adalah akibat deformasi yang disekitar galian. Salah satu metode tambahan untuk perkuatan terowongan adalah Umbrella Arch Method (UAM). Metode tambahan ini digunakan untuk mencegah penurunan muka tanah. Umbrella Arch Method (UAM) adalah teknik penguatan tanah di mana semua atau sebagian dukungan dari bagian terowongan ditempatkan sebelum memulai penggalian. Hasil analisis dengan menggunakan metode elemen hingga 2D menunjukkan bahwa deformasi terowongan di titik yang ditinjau terjadi sebesar 40 mm dan nilai tersebut masih lebih besar bila dibandingkan dengan deformasi yang didapatkan berdasarkan hasil dari monitoring terowongan dilapangan yaitu sebesar 33 mm di titik yang sama dilakukan penellitian.