Abstract:
Semakin tersudutnya ISIS di Mosul dan Raqqa, membuat kelompok teroris ini melakukan divergensi ke kawasan lain khususnya Asia Tenggara. Filipina selatan menjadi basis baru ISIS di luar Timur Tengah yang eksistensinya dibuktikan dengan insiden yang terjadi di Marawi. Keberadaan ISIS di Asia Tenggara tentu dapat menjadi ancaman baru, bukan hanya saja bagi Filipina tetapi juga bagi dinamika keamanan lingkungan strategis di Asia Tenggara.
Dampak keberadaan ISIS di Asia Tenggara cenderung lebih sistemik dibandingkan dengan infiltrasi yang dilakukan oleh kelompok teroris sebelumnya seperti JI dan al-Qaeda. Hal tersebut karena ISIS merupakan kelompok teroris yang lebih kreatif dalam menggalang kekuatannya dan juga karena Asia Tenggara saat ini lebih terkoneksi secara institusional seiring perkembangan Asean pada era politik global kontemporer. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif dalam menggambarkan kerjasama Filipina, Indonesia dan Malaysia dalam counter terrorism sejak eskalasi ISIS di Asia Tenggara.
Dinamika keamanan lingkungan strategis di kawasan Asia Tenggara tentu berubah, karena setiap negara-negara anggota Asean secara alamiah akan memberikan tanggapan terhadap gejala-gejala yang berpotensi mengganggu kepentingan nasional. Selama ini Asean secara institusional cenderung kurang responsif terhadap berbagai isu kawasan, dan lebih diwarnai inisiatif parsial negara-negara anggotanya. Proses confident building measure tentu akan berjalan lebih kolektif, kolegial, dan operasional, yang mana hal ini merubah hubungan antara negara-negara di Asia Tenggara yang selama ini cenderung normatif.