Pengembangan Desa-Desa pada Kawasan Konservasi Percandian Sebagai Desa Wisata yang berbasis pada Eco-historical culture (Identifikasi) Kasus Studi: Desa Tumpang sebagai Desa yang mengandung bangunan candi peninggalan Kerajaan Singosari-Majapahit

Show simple item record

dc.contributor.author Herwindo, Rahadhian Prajudi
dc.contributor.author Saliya, Yuswadi
dc.contributor.author Astrina, Indri
dc.contributor.author Sugiarto, Roni
dc.date.accessioned 2017-02-02T05:08:47Z
dc.date.available 2017-02-02T05:08:47Z
dc.date.issued 2016
dc.identifier.other 142163
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/809
dc.description.abstract Indonesia memiliki peninggalan bangunan cagar budaya berupa candi yang tidak sedikit jumlahnya. Candi-candi tersebut pada saat kini menjadi area wisata budaya dan sejarah. Tidak seperti candi-candi utama yang telah masuk ke dalam world heritage seperti Prambanan dan Borobudur, candi-candi yang terletak di area pedesaan meski pun telah diinventarisasi dan dirawat oleh Dinas Purbakala, namun banyak pula yang terbengkalai, tidak terawat sehingga mengakibatkan hilangnya elemen-elemen pentingnya. Masyarakat pedesaan sudah berupaya untuk merawat percandian tersebut dan terkadang menjadikan candi sebagai pepundenan di desa itu namun ada pula yang membiarkan peninggalan tersebut sehingga rusak dan hilang. Material candi terkadang juga digunakan untuk material bangunan rumah atau digunakan untuk lainnya, karena kesengajaan, keterbatasan wawasan atau ketidaktahuan akan nilai penting dari situs tersebut. Banyaknya situs peninggalan purbakala ini pada dasarnya sangat potensial untuk dapat dikembangkan lebih lanjut khususnya berkaitan dengan pembangunan perdesaan. Desa-desa yang memiliki situs purbakala dapat memanfaatkannya bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat yang tinggal di sana. Peningkatan kualitas ini dapat berkaitan dengan edukasi sampai yang bersifat ekonomi. Dalam sudut kebudayaan pembangunan desa-desa yang memiliki situs purbakala ini dapat membangun kesadaran penghargaan masyarakat terhadap pentingnya sejarah, budaya, kearifan lokal, khususnya dalam menghadirkan identitas atau karakter tempat. Desa-desa tersebut dapat dikembangkan menjadi desa-desa wisata yang berbasis pada eko-historical culture. Dalam Pengabdian ini akan diambil dua contoh kasus yakni desa Tumpang dan Kidal di kawasan kota Malang. Kedua desa ini merupakan desa kuno yang sudah ada sejak masa Singosari-Majapahit, dan di dalamnya terdapat bangunan candi. Kedua desa ini terkesan tidak mampu memanfaatkan potensi purbakala yang dimilikinya, bahkan cenderung mengesampingkannya. Di sisi lain benda-benda purbakala yang terkandung di dalamnya juga tidak dapat terkelola dengan baik khususnya berkaitan dengan upaya Konservasi. Pengabdian ini bertujuan untuk menggali potensi-potensi yang ada pada dua desa ini khususnya berkaitan dengan bangunan cagar budaya dan mengembangkan potensi ini menjadi bermanfaat bagi desa tersebut. en_US
dc.publisher Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNPAR en_US
dc.title Pengembangan Desa-Desa pada Kawasan Konservasi Percandian Sebagai Desa Wisata yang berbasis pada Eco-historical culture (Identifikasi) Kasus Studi: Desa Tumpang sebagai Desa yang mengandung bangunan candi peninggalan Kerajaan Singosari-Majapahit en_US
dc.type Community Service Reports en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account