Perubahan pola pikir masyarakat adat Dayak di Kabupaten Sanggau terhadap hutan adat sebagai akibat perkebunan kelapa sawit

Show simple item record

dc.contributor.author Samho, Bartolomeus
dc.contributor.author Purwadi, Yohanes Slamet
dc.date.accessioned 2017-02-02T03:20:00Z
dc.date.available 2017-02-02T03:20:00Z
dc.date.issued 2016
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/791
dc.description.abstract Upaya pembangunan ekonomi akhir-akhir ini gencar dilakukan dalam bisnis perkebunan kelapa sawit di berbagai daerah Indonesia. Pengembangan perkebunan kelapa sawit, khususnya di daerah Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, menimbulkan persoalan bagi lingkungan alam dan masyarakat lokal, nasional, dan global. Sejak pembukaan perkebunan kelapa sawit pada tahun 1980 di Kalimantan Barat, yang sejak tahun 1982 dikelola dengan pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR-Bun), secara perlahan tapi pasti mengubah pola pikir masyarakat adat Dayak terhadap hutan rimba atau tanah ulayat. Pengaruhnya semakin terasa dalam perilaku dan kehidupan sosial masyarakat setempat. Mereka mengalami perubahan “world view” terhadap hutan. Mereka yang sejak jaman dahulu kala bersahabat dengan alam, kini hidupnya di satu sisi meninggalkan tradisi leluhur dan mengikuti trend perkebunan kelapa sawit, tapi di sisi lain hidupnya semakin terpojok oleh keberadaan perkebunan kelapa sawit. Sikap permisif dan pragmatisme pihak yang berkuasa telah mengakibatkan perubahan “world view” masyarakat setempat. Mereka tidak lagi menghormati alam atau hutan sebagai “ranah sakral”. Masyarakat pun semakin pragmatis, hedonis dan konsumtif. Adat-istiadat dan kearifan lokal berupa nilai-nilai kekeluargaan, gotong royong, kesetiaan pada komunitas, kerendahan hati, ketulusan, rasa hormat pada alam dan sesama semakin luntur. Hutan rimba dan “hutan tembawang” sebagai hak ulayat sebagian besar telah tinggal cerita. Beribu-ribu jenis tumbuhan, satwa liar dan biota air lenyaplah sudah untuk selama-lamanya. Kekayaan alam yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia telah mengalami defisit karena keserakahan segelintir anak manusia. Desakralisasi alam telah nyata mengakibatkan eksploitasi alam. Akibatnya, manusia terancam mengalami penderitaan berkepanjangan, yang kini sudah mulai terasa, dan dapat dipastikan memengaruhi peradaban masyarakat di masa yang akan datang. Kerugian ekologi yang ditimbulkan oleh perkebunan kelapa sawit sungguh sulit dinalar dengan akal sehat dan tak akan terbayar untuk selamanya. Penelitian ini berupaya mendeskripsikan perubahan pola pikir Suku Dayak di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, terhadap hutan sebagai akibat perkebunan kelapa sawit. en_US
dc.publisher Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNPAR en_US
dc.title Perubahan pola pikir masyarakat adat Dayak di Kabupaten Sanggau terhadap hutan adat sebagai akibat perkebunan kelapa sawit en_US
dc.type Research Reports en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account