dc.description.abstract |
Perkembangan industri kreatif di Indonesia yang sangat pesat terutama di beberapa tahun terakhir membuka peluang yang sangat lebar bagi pengusaha industri kreatif, bahkan untuk meraih konsumen yang berasal dari negara lain. Peluang yang sangat baik tersebut nyatanya kurang didukung oleh kesiapan perusahaan, manajemen, dan produksi untuk bersikap inovatif, kreatif, dan selalu berorientasi pada kebutuhan pasar. Akibatnya, kemampuan industri kreatif di Indonesia untuk bersaing dengan pelaku usaha kreatif yang lain masih rendah. Supply Chain Risk Management (SCRM) sebagai salah satu komponen penting dalam membangun kesiapan perusahaan dalam menghadapi persaingan pada dasarnya harus dikelola dengan sebaik mungkin agar perusahaan dapat meminimasi terjadinya kesalahan dan mampu bersaing dengan kompetitior, baik dalam maupun luar negeri. Akan tetapi, sebagian besar usaha kreatif di Indonesia belum menjalankan SCRM.
Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis SCRM untuk industri fashion, terutama untuk usaha mikro dan usaha kecil. Selain itu, penelitian ini juga memetakan perbedaan pandangan dari usaha kreatif terhadap SCRM. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan kuesioner bagi para pemilik usaha kreatif di Bandung.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa pelaku usaha kreatif di Bandung menyadari akan adanya risiko dalam kondisi pasar yang dapat mengancam kelangsungan bisnis mereka. Kondisi pasar yang seperti ini ditandai dengan turunnya penjualan atau harga jual ketika persaingan menjadi semakin ketat. Selain itu, mereka juga setuju bahwa SCRM harus dilakukan baik secara internal maupun eksternal untuk meminimasi risiko yang muncul dari rantai pasok. Akan tetapi, para pelaku usaha tersebut tidak yakin terhadap efektivitas penerapan SCRM di usaha mereka mengingat skala usaha yang masih terlalu kecil untuk penerapan SCRM. |
en_US |