Abstract:
Orang Migani pertama kali menerima kabar baik tentang Yesus Kristus melalui para misionaris. Berdasarkan pewartaan itu, masyarakat setempat mulai menggali kembali nilai-nilai kultural yang terdapat di dalam kebudayaan mereka. Salah satu nilai positif yang diangkat adalah adanya kisah hidup tokoh Peagabega. Diketahui bahwa kehidupan tokoh ini memiliki kemiripan dengan peristiwa hidup Yesus dari Nazaret. Oleh karena itu, masyarakat Migani mulai berupaya membanding-bandingkan kedua tokoh ini dalam rangka pewartaan yang kontekstual. Melalui usaha tersebut mereka menemukan sejumlah unsur yang mirip satu sama lain. Dengan ditemukannya kemiripan ini maka kehadiran tokoh Peagabega dapat membantu umat setempat semakin mengenal, menerima, dan mengakui Yesus Kristus sebagai Penyelamat dunia dan Puncak Kepenuhan Wahyu. Di sinilah Peagabega sebagai sarana kultural dipakai oleh Gereja bersama umat setempat untuk sampai kepada iman akan Yesus Kristus. Kini tokoh Peagabega telah diinkulturasikan dalam liturgi Jumat Agung di Paroki Bilogai-Keuskupan Timika. Akhirnya, dasar biblis ini amat kontekstual bagi masyarakat Migani; Yesus bertanya: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” (Mrk 8:29). Pertanyaan ini relevan bagi orang Migani sehingga dengan merefleksikan karya-karya keselamatan yang dikerjakan Allah dalam hidup mereka, dan dengan mempelajari serta memaknai Yesus Kristus yang dimaklumkan Gereja, maka orang Migani Katolik menerima dan mengakui Yesus, antara lain, sebagai Peagabega.