dc.description.abstract |
Perkara ke-estetika-an lingkungan seringkali menjadi suatu intensi seseorang atau
sekelompok masyarakat, dalam menanggapi ungkapan ekspresi keindahan dan/atau kenyamanan
visual atas tatanan fisik/spasial terkait kultur lokal berkelanjutan. Ekspresi estetis tersebut pada
akhirnya menunjuk pada pola eksistensi kegiatan, pola aktivitas sehari-hari dan tata elemen
fisik/spasial pada lingkungan perkotaan tertentu. Premis mayor ini merupakan landasan
penelitian bertema keestetikaan lingkungan perkotaan yang berbasis pada aspek kultural
monarchikal historiografis oleh karena kesinambungan eksistensi pola kultur-monarchi masih
terjadi sampai saat ini. Tujuan penelitian ini untuk membuat formulasi visual dan naratif
berbasis fakta fisik/spasial dan fakta aktivitas yang secara eksistensial dan arsitektural memiliki
potensi determinatif-indikatif dalam upaya mencipta keselarasan keestetikaan lingkungan.
Penelitian ini merupakan pengembangan tema tipologis dari 3(tiga) penelitian kami
sebelumnya di koridor Kesambi s/d Alun-alun Kasepuhan, Kota Cirebon (2012), di koridor
Ngasem dan Tamansari kecamatan Karaton Kota Yogyakarta dan di koridor Selokan Mataram,
kecamatan Depok, Kabupaten Sleman DIY (2013) dan di koridor Siyono melalui Alun-alun
Wonosari s/d Perlimaan di kota Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY (2015). Keempat lokasi
tersebut diatas secara spasial perkotaan merupakan koridor dan simpul ruang strategis dalam
mendukung eksistensi rupa kultural, yang terekspresikan melalui tata-ruang fisik/spasial
perkotaan dan pola kegiatan publik atau aktivitas visualnya. Saat ini secara fungsional semua
koridor tersebut bertumbuh menjadi area kegiatan campuran secara linier, yang tentu akan
berdampak pada nilai strategis yang dimilikinya. Sementara pada simpul-ruang publiknya tetap
tetap didominasi sebagai fungsi sosial-ekonomi masyarakat, yang seharusnya juga berfungsi
sebagai pengendali orientasi ruang-kota dan eksistensi tradisi budaya, walaupun saat ini
berkembang menjadi jalur sirkulasi kepariwisataan. Kondisi lokasi tersebut secara estetis
hipotetis telah memiliki keunikan tata-rupa visual/spasial, yang tetap memberikan ekspresi nilai
ruang strategis kultural dalam pertumbuhan dan pemenuhan peningkatan kebutuhan masyarakat
melalui ragam kegiatannya. Pertumbuhan dan perkembangan tata-ruang lingkungan berlangsung
melalui proses keselarasan kompetitif antara nilai-budaya tradisi dan nilai-modernitas
kehidupan urban. Praduga tersebut menunjuk, bahwa indikasi keestetikaan yang berbasis pada
nilai kultural-historiografis ini belum optimal ditata dan dikelola, selaras dengan pengendalian
citra lingkungan kultural strategis dan eksistensial.
Metoda kualitatif & kuantitatif serta analisis visual-perseptif lingkungan, didaya-gunakan
untuk menyusun formulasi tatanan maupun ekspresi rupa ruang melalui ragam rupa elemen
fisik/spasial panorama perkotaan ("townscape") dan di-sintesa padu-padankan dengan norma
kultural-historiografis, perilaku dan pola aktivitas disepanjang koridor maupun simpul-simpul
ruang strategis perkotaan. Berbasis metoda tersebut diharapkan dapat menunjuk berbagai model
formulasi positif eksistensial nilai-nilai keestetikaan lingkungan.
Penelitian ini dilakukan dalam format multidisiplin keilmuan, antara bidang desain arsitektur
lingkungan perkotaan; bidang estetika filsafati; dan sosiologis yang difokuskan pada bidang
arsitektur-kota, melalui proses studi literatur, observasi visual lapangan, pengolahan data,
analisis fenomenologis citra kultural kota, diskusi dengan para nara-sumber terkait dan
penyimpulan atas praduga awal. |
en_US |