Extension Course of Culture and Religion (ECCR)

Show simple item record

dc.contributor.author Purwadi, Yohanes Slamet
dc.date.accessioned 2018-07-25T05:36:58Z
dc.date.available 2018-07-25T05:36:58Z
dc.date.issued 2016
dc.identifier.issn 14
dc.identifier.other 143290
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/6586
dc.description.abstract Agama-agama lokal Indonesia-semisal Parmalim, Subud, Nias dan Kaharingan-sudah terlebih dulu eksis dan memiliki pengikut jauh sebelum agama-agama Samawi dari Timur Tengah dan Asia Selatan merambah Nusantara. Di satu sisi, ada kesan negara memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh agama untuk berkembang. Namun, pada kenyataannya pemerintah malah tidak mengkategorikan agama dan kepercayaan asli Indonesia sebagai "agama". Pada tahun 1978 misalnya, negara memasukkan agama-agama asli ke dalam Departemen Kebudayaan, karena dianggap sebagai sebuah "budaya spiritual" bukan agama. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2003 mengungkapkan, ada 245 aliran kepercayaan yang terdaftar, sementara keseluruhan penghayat mencapai 400 ribu jiwa lebih. Terlepas dari persoalan pengakuan tersebut, kini kita mau menyingkap sejauh mana posisi agama asli dalam konteks antropologis dan filsafat. Dan, bukan pula menempatkan agama lokal hanya sekedar sebagai objek ilmiah, tetapi untuk menggali nilai kearifan agama-agama asli sebagai local wisdom. Metode yang akan digunakan menggunakan metode diskurus dimana terget group yang nantinya terlibat dalam kegiatan ECCR mendapatkan input dari berbagai narasumber yang ahli dibidangnya masing-masing sesuai dengan tema dan sub-tema yang diangkat.
dc.publisher Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNPAR en_US
dc.title Extension Course of Culture and Religion (ECCR) en_US
dc.type Research Reports en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account