Abstract:
Perkembangan transportasi bawah tanah sekarang sedang marak di Indonesia, khususnya pada pembangunan kereta api MRT yang sedang berlangsung. Dan juga Indonesia merupakan negara rawan terjadi gempa, sumber gempa yang dianggap memiliki potensi untuk menimbulkan kerusakan bagi kota Jakarta adalah wilayah selat Sunda diantara Sumatera dan Jawa. Oleh karena itu analisa bangunan bawah tanah terhadap gempa perlu dikaji lebih lanjut. Penelitian yang dilakukan adalah studi parameter, kemudian dilakukan studi kasus pada terowongan MRT-J. Dimana penelitian ini dilakukan dengan membandingkan analisis empiris dari jurnal yang diterbitkan (oleh Y.M.A. Hashash, J.J. Hook, B. Schmidt, J.I-C.Yao), analisis juga dilakukan dengan menggunakan NERA (Nonliniear Earthquake site Response Analyses) dan program PLAXIS. Pada analisis empiris diperoleh besar racking pada terowongan persegi panjang dengan menggunakan persamaan dari Wang (1993). Dalam penelitian ini menggunakan akselerasi gempa EL-Centro 18 Mei 1940. Hasilnya dapat diringkas sebagai berikut; (1)Hasil analisa deformasi dari studi empiris mendekati hasil pemodelan PLAXIS, namun pemodelan PLAXIS dapat melihat gerakan deformasi terowongan setiap waktu; (2)Studi empiris terbatas pada dimensi terowongan dan menggunakan satu jenis tanah; (3)Dalam studi kasus analisis NERA ada perbedaan dengan analisis PLAXIS, dimana pada dinding D-Wall terowongan analisa PLAXIS yang terjepit di antara tanah lunak dan keras terdapat deformasi yang cukup besar, sedangkan di NERA hanya di area permukaan D-Wall yang cacat; (4)Kerusakan yang terjadi berkurang dengan bertambahnya kedalaman overburden, terowongan dalam tampaknya lebih aman dan kurang rentan terhadap gempa daripada terowongan dangkal; (5)Fasilitas bawah tanah yang dibangun di tanah lunak mengalami lebih banyak kerusakan dibandingkan jika dibangun di tanah atau batu keras.