Interregionalisme dan tantangan pembentukan komunitas ASEAN

Show simple item record

dc.contributor.author Hermawan, Yulius Purwadi
dc.date.accessioned 2017-01-23T03:16:58Z
dc.date.available 2017-01-23T03:16:58Z
dc.date.issued 2012
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/644
dc.description Research Report - Humanities and Social Science (Vol.2 2011) en_US
dc.description.abstract Sejak tahun 1970an ASEAN telah mengembangkan bi-regional arrangement dengan organisasi regional di luar kawasan Asia Tenggara dan hybrid interregionalism dengan negara-negara yang memiliki pengaruh di kawasan ini. Anggota-anggota ASEAN juga secara individual mengambil peran aktif dalam transregional arrangement dengan negara-negara non anggota ASEAN. Ragam interregionalisme semakin diperkuat sejak pemimpin-pemimpin ASEAN mencanangkan cita-cita pembentukan komunitas ASEAN di tahun2003. Penelitian ini mengkaji kontribusi interregionalisme yang melibatkan ASEAN sebagai organisasi maupun negara-negara secara individual terhadap proses pembentukan komunitas ASEAN. Penelitian ini mengikuti argumentasi teoretisi Transaksionalisme, yang menyatakan bahwa interaksi intens dan ekstensif di antara aktor-aktor regional sangat penting untuk menghasilkan fondansi 'we feeling' yang fundamental bagi pembentukan komunitas regional. Berangkat dari konsepsi ini, penelitian ini melihat bahwa faktor determinan untuk penguatan institusi regional bersifat endogenous - terkait kemampuan bangsa-bangsa untuk mendefinisikan identitas regional, membangun kerangka normatif dan organisasional yang menjadi 'code of conduct' dalam intetaksi reguler mereka; pendefinisian identitas regional ini merupakan hasil interaksi yang intens dan ekstensif di antara aktor-aktor yang menjadi bagian dalam proses integrasi. Pertanyaan penelitian tentang hubungan interregionalisme dan pembentukan komunitas ASEAN ini menjadi menarik untuk dikaji lebih jauh karena interregionalisme bersentuhan erat dengan faktor yang bersifat exogenous yang berpotensi untuk memperlemah pembentukan 'identitas regional'. Penelitian ini menemukan bahwa bi-regional arrangement dan hybrid interregionalism yang dikembangkan negara-negara ASEAN secara kolektif-institusional maupun transregional arrangement yang melibatkan negara-negara dengan kapasitas individual masing telah menjadikan konstruksi komunitas ASEAN lebih bersifat terbuka dan adaptif terhadap pengaruh ekstra regional. Interregionalisme telah membantu negara-negara anggota untuk memperkuat modalitas dan kapasitas bagi integrasi politik keamanan dan ekonomik dan memfasilitasi konektivitas di antara bangsa-bangsa Asia Tenggara; dan dengan demikian secara potensial menumbuhkan nilai-nilai ke-ASEAN-an di antara mereka. Namun demikian, interregionalisme membawa tantangan aktual serius bagi konsolidasi integrasi ASEAN di bidang ekonomik dan politik-keamanan; konstruksi ASEAN tetap akan dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh eksternal yang diciptakan oleh mitra-mitra interregional ASEAN. en_US
dc.publisher Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan en_US
dc.title Interregionalisme dan tantangan pembentukan komunitas ASEAN en_US
dc.type Research Reports en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account