Abstract:
Penelitian ini merupakan lanjutan dari rangkaian penelitian saya mengenai Budaya Tektonik. Penelitian saya sebelumnya (tahun 2010), yaitu mengenai Budaya Tektonik Tamkesi di Pulau Timor, Indonesia Timur. Pada kesempatan kali ini, Bugis dipilih sebagai objek penelitian, karena adanya kerjasama penelitian antara Unpar dengan Universiti Malaya di
Kuala Lumpur. Titik berangkat kerjasama penelitian ini adalah persamaan etnis yang ada di Indonesia dan Malaysia yaitu: masyarakat Aceh, Bugis, Padang, dan Jawa. Oleh karena itu, sebagai bagian dari kerjasama penelitian tersebut, masyarakat Bugis di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan menjadi objek telaah penelitian kali ini.
Masyarakat Bugis terkenal sebagai masyarakat pelaut yang tangguh yang dengan kapal Pinisinya berlayar ke berbagai penjuru dunia sejak lama. Hal ini menarik para ahli untuk meneliti mengenai budaya, bahasa dan legenda La Galigo masyarakat Bugis, namun telaah mengenai budaya tektonik rumah Bugis masih sangat jarang. Sesuai dengan pemahaman
kata tektonik, budaya tektonik pada penelitian ini akan dilihat melalui prosesnya dan keterkaitannya dengan para buildernya.
Penelitian ini akan dibagi menjadi empat tahap: tahap pertama, studi literatur mengenai budaya masyarakat Bugis; tahap kedua adalah proses pembangunan rumah Bugis. Tahap ketiga adalah studi lapangan yang terdiri dari 2 bagian, yaitu: 1. observasi dan pengukuran rumah Bugis, dan 2. wawancara dengan penghuni rumah terkait dengan pembangunan
rumahnya. Tahap ketiga adalah analisa dan rumusan budaya tektonik rumah Bugis di Kabupaten Bone. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi peran aktor pada tahapan proses pembangunan yang terjadi. Pada akhirnya penelitian ini, menyimpulkan perbedaan dan persamaan proses pembangunan rumah Bugis dengan budaya membangun yang terjadi pada masa kini.