Kajian transformasi tata ruang dan elemen arsitektur pusat kota pada kota kota klasik dari jaman Hindu sampai jaman Islam di Jawa

Abstract

Di Jawa pada saat ini memang sulit untuk melihat secara nyata kota-kota yang masih menunjukkan adanya karakteristik Majapahit. Namun demikian sebagai perbandingan akan digunakan padanannya yang ada di Bali dan India. Berdasarkan studi sejarah pengaruh Majapahit masih berpengaruh kuat di Bali. Dalam tradisi Hindu dikenal konsep Prapatan Agung sebagai titik manifestasi spiritual, narnun pada jarnan Islam di Jawa konsep yang dipergunakan adalah Mancapat. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kota-kota yang dibangun pada jaman Majapahit dengan pasca-Majapahit, khususnya dalam pemaknaan pusat kota berikut manifestasinya seperti tata ruang, dsb. Oalam konsep Prapatan Agung yang menjadi pusat adalah ruang kosong berupa perempatan, sedangkan kota-kota pada jaman pasca-Majapahit yakni Mataram yang manjadi pusat adalah Masjid (Demak) atau Keraton(pajang-Mataram), sementara alun-alun sendiri masih belum jelas kedudukannya, apakah menjadi bagian dari masjid atau keraton atau pengiklit masjid-Keraton. Prapatan Agung dan Mancapat sarna-sarna rnenggunakan bilangan ernpat namun perwujudan spasialnya berbeda (ruang dan bangunan), apakah antara keduanya telah terjadi transformasi tata ruang yang diakibatkan oleh transformasi spiritual dari masa Hindu ke Islamic period? Hal ini yang akan dikaji lebih dalam melalui penjelajahan sejarah. Studi ini ditujukan untuk menyelidiki korelasi antara keduanya, berikut transformasi kedudukan antar elemen-elemenya seperti keraton, tempat ibadah, alun-alun, pasar, dsb