Abstract:
Jaman Hindu-Budha di Jawa identik dengan masa ketika Indonesia masih dipengaruhi kuat oleh tradisi-tradisi kepercayaan Hindu dan Budha atau Sinkritismenya yakni Siwa Budha, yakni berkisar pada abad 4 - 15 AD. Kerajaan yang berpengaruh kuat pada masa ini adalah pada masa Mataram-Sailendra-Sanjaya sampai pada jaman Majapahit. Wujud Permukiman pada jaman ini hanya dapat dilihat pada gambar-gambar relief yang tergambar pada dinding bangunan-bangunan candi peninggalan pada era ini. Di Jawa pada abad ke-15 setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit telah terjadi transisi kekuasaan dari yang bercorak Hindu-Budha menuju Islam yakni munculnya Kerajaan Demak-Pajang dan Mataram-Islam: Wujud Permukiman yang dikenal pada saat ini diperkirakan berasal pada jaman Mataram Islam dan kemudian dijadikan sebagai dasar-dasar pemahaman arsitektur tradisional Jawa. Arsitektur tradisional pada jaman ini berbeda dengan gambaran pada era Hindu-Budha tersebut, meskipun dalam konteks kebudayaan, tradisi-tradisi pada masa Majapahit masih berpengaruh cukup signifikan pada masa Mataram tersebut dimana telah berinkulturasi di dalamnya. Dalam studi ini akan dikaji transformasi arsitektur permukiman pada kedua era tersebut akibat adanya transisi kebudayaan, sehingga dapat direfleksikan di masa sekarang. Transformasi arsitektur ini dapat dilihat dari wujud bangunan dan pola tatanannya permukimannya dalam konteks Urbanitas. Contohnya arsitektur permukiman jaman Hindu Budha di Jawa berdasarkan gambaran relief adalah berbentuk panggung dengan pola permukiman yang geometrik, sedangkan pada jaman Mataram-Islam bentuk panggung telah ditinggalkan, meskipun pola geometrik masih dipergunakan. Transformasi dari panggung menjadi non panggung diperkirakan terjadi pada masa Majapahit. Berdasarkan temuan arkeologis bangunan-bangunan pada jaman Majapahit memang ada yang berbentuk panggung ada pula yang tidak. Perubahan ini kemungkinan besar dipengaruhi dari luar Indonesia seiring dengan masuknya kepercayaan baru atau gaya arsitektur baru, akibat majunya hubungan internasional, dimana secara perlahan mengubah image permukiman, misalnya pengaruh gaya arsitektur tradisional china. Selain fisik bangunan bagian bawah, atap juga diperkirakan terjadi perubahan dari bentuk pelana-perisai menjadi perisai dan akhirnya menjadi bentuk joglo (perisai bersusun). Pada gambar-gambar relief percandian pada jaman Hindu, tidak ditemukan adanya bentuk joglo tersebut,jadi dapat diketahui bahwa bentuk ini bukan berasal dari tradisi lama, melainkan sebuah gaya baru dalam desain bentuk atap, dan kemudian dijadikan salah satu ikon untuk bentuk atap arsitektur tradisional jawa. Ruang-ruang di dalamnya juga menunjukan adanya transformasi tersebut. Di Jawa pada saat ini memang sulit untuk melihat secara nyata pola permukiman yang masih menunjukkan adanya karakteristik Majapahit. Namun demikian sebagai perbandingan akan digunakan padanannya yang ada di Bali. Berdasarkan studi sejarah pengaruh Hindu-Majapahit masih berpengaruh kuat di Bali sampai saat ini. Wujud nyata dari gambaran pola permukiman pada relief percandian di atas memang masih dapat dilihat di Bali, meskipun telah terjadi modernitas disana, namun masih dapat dikenali jejak-jejak pola tradisionalnya. Perubahan arsitektur dan pola permukiman ini berhubungan erat dengan transisi budaya bermukimnya. Antara arsitektur trasidional permukiman pada jaman Hindu dan Islam menunjukkan adanya perbedaan pada perwujudan fisik dan spasialnya (ruang dan bangunan), meskipun pada beberapa hal masih dapat dilihat kesamaannya, ada elemen yang ditinggalkan, namun ada yang masih berlanjut. Apakah antara keduanya telah terjadi transformasi tata ruang yang diakibatkan oleh transformasi spiritual dari masa Hindu ke Islamic period?. Hal ini yang akan dikaji lebih dalam melalui penjelajahan sejarah. Studi ini ditujukan untuk menyelidiki korelasi antara keduanya, berikut transformasi antar elemen-elemen termasuk kaitannya dengan skala perkotaan, seperti hubungannya dengan fungsi lain seperti tempat ibadat, istana, dsb.