Abstract:
Sistem struktur dinding berangkai (CWS) telah dipelajari secara eksperimental maupun analisis.
Sistem dengan dua atau lebih dinding geser yang dihubungkan dengan balok kopel banyak digunakan dalam
perencanaan konstruksi bangunan tinggi pada wilayah dengan potensi seismik tinggi. Balok kopel sebagai
salah satu elemen penyusun sistem yang berfungsi sebagai penyalur beban vertikal pada dinding, yang mana
membentuk aksi kopel yang menahan sebagian momen guling. Pada umumnya balok kopel menggunakan
material beton bertulang. Balok kopel baja merupakan alternatif dari pelaksanaan konstruksi detailing balok
kopel beton bertulang yang terbilang kompleks dan tidak efisien. Studi kinerja sistem dinding berangkai
hybrid menggunakan model matematis struktural 25 lantai gedung perkantoran dengan sistem tunggal
dinding geser beton bertulang khusus. Pada studi ini, tiga tipe balok kopel dan tiga dinding geser
didistribusikan sepanjang tinggi struktur bangunan. Lokasi sistem struktur yang ditinjau di Kota Jakarta
dengan kelas situs tanah D dan struktur termasuk dalam struktur dengan KDS-D. Kinerja sistem struktur
dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan program PERFORM-3D yang dikenakan beban gempa
riwayat waktu terskalakan terhadap spektrum desain gempa maksimum (MCER) dengan target kinerja
struktur berada pada level Collapse Prevention(CP). Pemodelan elemen balok kopel sistem struktur
menggunakan model momen-rotasi (rotational spring), sedangkan dinding struktural dimodelkan sebagai
fiber section atau equivalent frame model dengan material beton 1D inelastik dan material baja inelastik.
Rasio bentang dengan tinggi balok kopel dan material balok kopel merupakan parameter studi yang
digunakan. Performa model struktur CWS dan struktur HCWS berdasarkan batasan rotasi balok kopel pada
ASCE/SEI 41-13 berada pada level kinerja Collapse Prevention(CP), sedangkan berdasarkan ATC40:1996
kedua struktur memenuhi level kinerja Life Safety(LS). Tahanan lateral struktur CWS lebih besar daripada
struktur HCWS. Hal tersebut direpresentasikan dengan rasio kopel struktur CWS lebih besar 0.71% dari rasio
kopel struktur HCWS, yang mana rasio kopel merupakan representasi dari gaya geser dasar yang ditahan
oleh sistem struktur. Mekanisme keruntuhan degradasi geser struktur yang direncanakan tercapai, yaitu
plastifikasi balok kopel terjadi disepanjang tinggi bangunan disertai kelelehan pada dasar dinding struktural.
Plastifikasi juga terjadi pada bagian sisi atas dinding struktural dan keruntuhan terjadi lebih cepat akibat rasio
kopel yang cukup tinggi. Kinerja sistem struktur dinilai baik dengan struktur termasuk dalam KDS-D dengan
tinggi bangunan yang melebihi tinggi yang disyaratkan. Kedua sistem struktur dinding berangkai
menunjukkan bahwa balok kopel baja dapat dijadikan sebagai alternatif pada perencanaan dan konstruksi
sistem dinding berangkai.