Model konseptual arsitektur kota tepi air Kalimantan, Kasus: Kota – kota sungai ibu kota Propinsi Kalimantan

Show simple item record

dc.contributor.author Kusliansyah, Yohannes Karyadi
dc.contributor.author Suriansyah, Yasmin
dc.date.accessioned 2018-01-26T06:48:49Z
dc.date.available 2018-01-26T06:48:49Z
dc.date.issued 2017
dc.identifier.other lpdsc210
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/4744
dc.description.abstract Tata ruang arsitektur kota sungai umumnya terbentuk mengikuti pola sungainya, yang menjadi struktur ruang perkotaannya. Sejak embrio kota konteks sungai telah mempengaruhi kehidupan nilai-nilai sosial budaya yang berciri khas lokal pada fisik spasial kotanya. Hingga era sekarang dinamika perkembangan kota sungai telah mengalami perubahan dan bertransformasi. Fenomena perkembangan percepatan pembangunan tersebut pada era Reformasi ini memperlihatkan kota-kota sungai di Negara kita, cenderung mengkuatirkan, karena dampak pembangunan tidak selalu sinergi terhadap konteks fisik spasial lingkungan sungai maupun kehidupan lokal sosial budayanya. Pembangunan kota sungai kebanyakan tidak ekosistem dan berbasis darat yang memarjinalkan ruang air tepi sungainya menjadi lingkungan padat kota,serta berdampak menjauhkan kehidupan sosial kota dari sungainya.Ada 3 permasalahan tata ruang kota yang dihadapi kota-kota sungai kita, yaitu: pertama Pembangunan arsitektur kota sungai cenderung kurang memperhatikan konteks lingkungan air; kedua Kepadatan ruang pusat kota khususnya cenderung mengganggu DAS (daerah aliran sungai); ketiga Ancaman kebanjiran, karena drainase kota cenderung tidak tersistem baik dan adanya pengaruh peningkatan muka air sungai akibat curah hujan tinggi yang tidak terserap lagi oleh hutan di hulu sungai maupun adanya peningkatan pasang muka laut (rob). Permasalahan itu timbul karena kecenderungan kota-kota sungai Negara kita kurang spesifik menggali prospek lingkungan dan arsitektur lokal tepi airnya. Dalam semangat Otonomi Daerah era sekarang, kebijakan tata ruang pembangunan kota sungai umumnya mengikuti trend membentuk arsitektur kota universal, akibat kebijakan peraturan terpusat (superimposed). Fenomena serupa terjadi pula di Kalimantan. Kota-kota sungai Kalimantan banyak dikenal sebagai kota air, karena memiliki sungai besar sebagai struktur ruang kotanya yang kebanyakan berawa-rawa serta mendapat pengaruh pasang surut sungainya. Selanjutnya pembangunan kota-kota sungai ini sangat memerlukan evaluasi serta acuan pembangunan tata ruang berbasis kontekstual ekosistem lingkungan air. Untuk pengembangan pembangunan kota berbasis teknologi dan kearifan lokal serta mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka diperlukan masukan naskah akademik hasil dari penelitian kota sungai; berupa perumusan model konseptual kota sungai yang dapat memaparkan suatu ide khas tata ruang arsitekturnya. Tujuan penelitian ini melakukan studi intensitas dan integritas perkembangan bentuk struktur tata ruang arsitektur kota-kota sungai akibat pengaruh transformasi Lingkungan; guna mengurangi upaya adaptasi yang berlebihan, yang berdampak makin menghilangkan eksistensi lingkungan binaan tepi air. Manfaat penelitian ini sebagai landasan pedoman penyusunan (umum dan teknis) bagi penyelenggaraan pembangunan tata ruang di kawasan tepi airnya. Penelitian ini bagian dari road map 3 tahun penelitian kota-kota air di Indonesia, dengan fokus kota-kota sungai yang menjadi ibu kota ke lima Propinsi di Kalimantan, yaitu (Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan). Fokus penelitian tahun 2017 ini, pada kota Banjarmasin ibukota Kalimantan Selatan disertai penyusunan Komperasi Model Konseptual Arsitektur Kota-Kota Sungai Kalimantan. Lokasi penelitian ini dipilih pada kawasan sentra kekuasaan dan kegiatan kota yang berpengaruh signifikan pada akumulasi perkembangan tata ruang kota, seperti: struktur dan pola ruang kota pada tepian sungai yang mempengaruhi kelangsungan lingkungan sungai maupun kehidupan air masyarakatnya. Metoda penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan tissue, pendekatan arsitektur dan ekologi dengan metoda konstruktivis-interpretatif untuk mengkaji arsitektur kota dan perkembangan transformasi tata ruang kota. Variable penelitian ini mencakup aspek figure-ground: linkage dan, place yang mempertahankan eksistensi kota sungai. Diharapkan hasil penelitian komperasi ke lima kota sungai ibu kota Propinsi Kalimantan ini, dapat menjadi substansi penyusunan Model Konseptual Arsitektur Kota Tepi Air Kalimantan. Hasil penelitian ini berguna bagi pengembangan wawasan keilmuan arsitektur kota sungai di Indonesia, serta khususnya sebagai naskah akademik bagi penyusunan program pengembangan pembangunan Rencana Tata Ruang dan Wilayah; Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan kota sungai Banjarmasin maupun kota sungai lainnya di Kalimantan. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNPAR en_US
dc.relation.ispartofseries Research Report - Engineering Science;Tahun 2017
dc.subject ARSITEKTUR KOTA en_US
dc.subject KOTA SUNGAI en_US
dc.subject IBUKOTA PROPINSI DI KALIMANTAN SELATAN en_US
dc.title Model konseptual arsitektur kota tepi air Kalimantan, Kasus: Kota – kota sungai ibu kota Propinsi Kalimantan en_US
dc.type Research Reports en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account