Abstract:
Bahan tanah secara historis menjadi pilihan bahan bangunan utama baik di masa lalu maupun masa kini. Dalam bentuknya sebagai bata merah, bahan ini memiliki jejak karbon dan konsumsi energi yang besar karena proses pembakaran serta transportasinya. Karena kedua proses itu pula bahan ini menjadi makin mahal dan menyumbang pada nilai hunian yang makin tinggi.
Di sisi lain, kebutuhan hunian sehat dan layak huni meningkat seiring dengan peningkatan populasi penduduk di daerah perkotaan Indonesia dan negara berkembang pada umumnya. Sampai saat ini kebutuhan hunian belum sepenuhnya bisa terpenuhi. Perubahan iklim yang mengakibatkan kenaikan suhu udara secara nyata menambah pada perlunya pengadaan rumah sehat dan layak huni lagi segera dan terjangkau.
Dalam bentuk unit blok modular tanpa pembakaran, konsumsi energi dalam komponen harga bahan dapat ditekan sampai ke porsi minimal. Demikian pula bila bahan baku diperoleh dari tapak bangunan sendiri atau lokasi yang dekat.
Walaupun demikian, pada penerapannya sebagai bahan bangunan, bahan tanah yang tidak dibakar memiliki kelemahan yaitu rentan terhadap abrasi / erosi akibat air hujan, selain terhadap penetrasi air lainnya. Kelemahan ini dapat diperbaiki melalui pendekatan desain maupun komposisi bahan. Pada jenis konstruksi bahan tanah rammed earth (dengan metode dibangun di tempat), penggunaan erosion check terbukti dapat membatasi pengaruh abrasi air hujan tersebut.
Penelitian ini bermaksud melihat kemungkinan penerapan erosion check tersebut dapat diterapkan pada blok modular yang dibuat secara prefabrikasi. Metode yang digunakan adalah eksperimen yang meliputi pembuatan prototipe unit blok modular dan juga contoh dinding yang terbangun dari blok tersebut. Pengujian berupa weathering test selama 6 bulan dilakukan pada tiap varian dinding contoh.