Abstract:
Sebuah pepatah kuno: "Beuer to be deprived ofji)odfor three days, than of tea for one", mengindikasikan begitu populernya teh di seluruh belahan dunia. Namun, pemanfaatan teh di Indonesia masih terbatas pada daunnya saja padahal semua bagian tanaman teh juga menyimpan segudang manfaat. Buah teh hanya dibiarkan jatuh di perkebunan tanpa terpikirkan pemanfaatannya dan dibatasi produksinya padahal merupakan sumber minyak nabali dan saponin yang palut diperhitungkan. Biji teh merupakan sUmber terbesar saponin, sangat aplikatif sebagai foaming agent, emulsifier dan zat bioaktif. Isolasi saponin biji teh masih jarang dilakukan sehingga metode pemisahan yang seramah mungkin serta menghasilkan produk minyak dan saponin dengan yield dan kualitas tinggi menjadi tantangan tersendiri bagi penelitian ini. Bahan baku berupa buah teh mengalami perlakuan awal terlebih dahulu berupa penghilangan daging buah, peulecahan tempurung, sortasi inti biji, pengeringan inti biji, perlakuan termal berupa pemanggangan pada l30°C. Biji teh kemudian di-press menggunakan pengepres hidrolik pada kondisi pengepresan yang ditentukan untuk menghilangkan kandungan minyaknya. Cake diekstraksi menggunakan pelarut air untuk mendapatkan ckstrak saponin. Ekstraksi dilakukan pada temperatur kamar (ditetapkan), kccepatan pengadukan 225 rpm dan rasio pelarut biji teh sebesar 15: 1 berdasarkan dari hiLSil penelitian pendahuluan. Variabel ekstraksi yang akan dikaji variasi metode pemisahan yang tepat untuk memisahkan pelarut dari ekslrak yang diperoleh. Ekstrak yang diciapatkan dcngan pelarur air terdiri alas 2 lapisan. Lapisan
alas diduga merupakan emulsi minyak, campuran kompleks trigliserida (seperti lesitin, sepalin, glikolipid), monogliserida, digliserida, komponen non trigliserida (fosfatida, karbohidrat dan turunannya serta protein), asam Icmak bebas, lilin, fosfolipid, sterol, vitamin, zat warna, gctah, dan komponen pengotor lainnya, khususnya yang bersifat lipofilik ataupun produk reaksi kompleks yang tidak larut di dalam air. Lapisan bawah merupakan ekstrak saponin dan solut lainnya berupa: katekin, kafein, protein, senyawa gula dan monosakarida atau disakarida lainnya, gum, dan komponen polar lainnya. Yield saponin yang didapat sebesar 28,14 - 30,97% dengan kekuatan saponin sebesar 20,54 - 95,89%. Metode pemisahan saponin dari ekstrak sangat mempengaruhi kualitas saponin yang didapatkan.
Penggunaan spray drier memberikan produk saponin terbaik, mendekati saponin standar. Penguapan disertai pengeringan menghasilkan saponin yang cukup baik pada temperatur 40 - 50 °C. Peningkatan temperatur pengeringan menyebabkan warna saponin u1enjadi menjadi lebih tua, merah hingga coklat tua dan menurunkan kualitas saponin. Pengeringan ekstrak tanpa penguapan sebagian pelarut menghasilkan saponin dengan warna yang diinginkan, namun kualitas saponin yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan penguapan. Aktivitas enzimatis mikrobial mencapai titik optimumnya pada temperatur 40°C, apalagi didukung dengan waktu pengeringan yang sangat lama, memungkinkan tetjadinya degradasi mikrobial yang lebih kompleks. Sebaliknya, kerusakan saponin hasil penguapan sebagian pelarut diikuti pengeringan pada temperatur yang lebih tinggi (70 - 80°C) lcbih disebabkan akibat degradasi secara termal, bukan akibat aktivilas mikrobial.