Abstract:
Arsitektur candi merupakan warisan kebudayaan Indonesia yang masih dapat dikagumi
kemegahannya hingga saat ini. Sejarah perkembangannya telah melampaui beberapa abad. Sepanjang perjalanan sejarah arsitektur klasik di Indonesia, candi telah mengalami berbagai macam zaman, Hal ini membentuk karakteristik bentuk candi yang berbeda-beda pada tiap periode. Tulisan ini akan membahas candi yang dibangun pada masa penting sejarah kebudayaan Indonesia yang ditandai dengan latar belakang sejarah menjelang runtuhnya kerajaan Majapahit pada abad ke -15, yaitu candi Sukuh yang berlokasi di Desa Berjo, Karangnyar, Jawa Tengah, yang dibangun pada periode yang sama dengan runtuhnya kerajaan Majapahit. Majapahit adalah kerajaan besar pada bagian periode sejarah Indonesia, sehingga candi yang
dibangun pada masa ini memiliki bentuk yang signifikan. Candi ini memiliki bentuk yang berbeda dengan candi-candi yang dibangun pada periode sebelumnya. Pada masa ini bentuk candi didominasi oleh susunan berundak yang diakui sebagai salah satu ciri bangunan pada budaya Megalitikum pra-Hindu Jawa, selain itu bangunan candi pada zaman ini kaya ornamen berbentuk relief dan arca yang menggambarkan alat reproduksi wanita dan pria sebagai simbol dua kutub. Perwujudan simbolik ini mengarah pada erotisme yang belum pernah ditemukan pada arsitektur candi masa sebelumnya. Hal ini terjadi sebagai akibat dari pengaruh kepercayaan Tantrayana. Tantrayana adalah kepecayaan yang menggabungkan antara Hindu dan Buddha (Siwa), pada kepercayaan ini banyak digunakan simbol pada ikonografi seni Buddha dan Hindu, selain itu kepercayaan ini juga dikenal bersifat magis dan penuh kerahasiaan. Fenomena ini menjadi menarik untuk ditelusuri lebih lanjut dengan tujuan untuk mengetahui asal mula pemikiran dan peristiwa yang menjadi latar belakang terbentuknya sosok arsitektur candi seperti pada masa akhir kerajaan Majapahit ini. Metoda penelitian memakai pendekatan kualitatif-deskriptif-interpretatif. Hasil temuan yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk candi pada masa akhir kerajaan Majapahit dipengaruhi oleh kepercayaan Tantrayana yang tengah berkembang pada masa tersebut, selain itu dialog juga terjadi dengan kepercayaan yang dianut oleh budaya lokal masyarakat Hindu Jawa. Akibat dari peleburan hal tersebut, maka menghasilkan bentuk yang merupakan hasil integrasi dari aspek aspek tersebut.