Abstract:
Keraton Kasepuhan Cirebon adalah suatu monumen kota yang masih hidup dan berdiri
sebagai suatu city artefact. Keberadaan Keraton Kasepuhan Cirebon sendiri telah ada sejak abad
ke-14 sebagai pusat kerajaan. Keraton ini tidak bisa berdiri sendiri sebagai suatu monumen kota,
karena itu hadir pula elemen-elemen urban function yang ada, yaitu Housing, Circulation, dan
Fixed Activities (Rossi, Aldo. : 1982). Pada lingkup Keraton Kasepuhan Cirebon, terdapat dua
kawasan utama yang dikelilingi oleh tembok benteng, yaitu Kompleks Keraton sebagai tempat
tinggal Sultan Sepuh, dan Kompleks Kampung Mandalangen sebagai permukiman abdi dalem dan
kerabat keraton.
Seiring berjalannya waktu, banyak perubahan yang terjadi pada kawasan ini. Terjadi dua
fenomena pada kawasan ini, yaitu 1. fenomena terbuka dan tertutupnya titik tembus / akses pada
Keraton Kasepuhan Cirebon (antar kompleks dan keluar kompleks); dan 2. fenomena non-fisik
spasial (kebijakan keraton dan perilaku warga) yang berpengaruh secara fisik spasial. Kedua
fenomena itu mengakibatkan adanya perubahan tautan sirkulasi pada masing-masing kompleks,
dan juga relasi diantara kedua kompleks tersebut.
Metode yang digunakan pada penulisan ini adalah kuantitatif-deskriptif dengan melakukan
analisa Street Typology dengan metode Continuity, Connectivity, dan Depth (Marshall, Stephen. :
2004) untuk menemukan Street Types yang berupa stem, spine, dan cross-connector pada
kawasan. Setelah mendapatkan backbone kompleks, lalu secara deskriptif memberikan ragaan
berupa orientasi kompleks terhadap satu-sama-lain.
Ditemukan tanda-tanda diskontinuitas struktur tautan sirkulasi antar kompleks pada
Keraton Kasepuhan Cirebon dengan terputusnya backbone dari Kompleks Kampung Mandalangen
menuju titik pusat bundaran Kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon dengan adanya bangunan
yang menutup akses langsung menuju bundaran tersebut.