Abstract:
Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadi salah satu produsen garam dunia. Dengan garis pantai terpanjang keempat di dunia, Indonesia memiliki modal yang cukup untuk memproduksi garam dalam jumlah besar. Namun, kualitas garam rakyat yang dihasilkan masih belum dapat memenuhi standar kualitas garam untuk kebutuhan industri sehingga kebutuhan garam industri di Indonesia masih mengandalkan impor. Pengembangan teknologi pemurnian garam saat ini umumnya menggunakan bahan pengendap dan proses rekristalisasi, dimana proses ini membutuhkan energi panas yang cukup besar dan hasilnya pun masih belum dapat memenuhi SNI. Proses hidroekstraksi dapat menghasilkan produk garam dengan kemurnian 99,98% namun teknologi ini masih belum berkembang di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas bahan baku (garam rakyat K1, K2, dan K3) dan F:S (1:30; 1:35; 1:40; 1:45; dan 1:50) terhadap kualitas garam hasil pemurnian menggunakan proses hidroektraksi secara batch. Kualitas garam akan dianalisis berdasarkan kadar NaCl, Ca2+, dan Mg2+. Kadar NaCl tertinggi 98,89% diperoleh pada proses hidroekstraksi batch menggunakan bahan baku garam K2 dengan F:S = 1:45. Proses hidroekstraksi batch ini dapat menurunkan 86,90% kadar Ca2+ dan 95,65% kadar Mg2+.