Abstract:
Latar belakang penelitian berawal dari gejala yang terjadi dalam pengembangan kawasan permukiman baru di sekitar Jabodetabek yang direncanakan sebagai kota mandiri. Penyelenggaraan pembangunan kawasan permukiman oleh beberapa pengembang yang tidak terintegrasi, cenderung mengakibatkan terjadinya ruang-ruang yang tidak terhubung dengan baik. Jalur penghubung antara kawasan pengembangan yang digunakan sebagai akses baik utama maupun alternatif, bertumbuh menjadi koridor komersial yang menunjukkan. Regulasi rinci untuk pengendalian koridor baru tersusun dan diberlakukan setelah koridor komersial terbentuk tanpa perencanaan. Hal ini berbeda dengan kawasan permukiman baru yang akses utamanya bersinggungan dan memanfaatkan koridor. Akses kawasan permukiman baru ini dibangun berdasarkan tatanan dan regulasi yang disusun oleh pengembang sebagai bagian dari rencana induk kawasan yang terencana dengan baik. Persinggungan antara ruang yang terencana dan tidak terencana di sepanjang koridor komersial cenderung memperlihatkan gejala ketidakteraturan. Bentuk fisik dari massa bangunan membentuk suatu karakteristik tertentu sebagai hasil dari konfigurasi dimensi tapak, regulasi yang berlaku dan adanya pengembangan kawasan permukiman baru. Penelitian ini bertujuan menemukenali pembentukan legibility koridor penghubung antar kawasan permukiman terencana dan relasinya dengan regulasi yang berlaku serta lokasinya terhadap kawasan baru. Metode penelitian dilakukan dengan melakukan simulasi penerapan regulasi pada koridor dan diaplikasikan pada tapak berdasarkan data empiris di lapangan. Proses simulasi dibantu dengan pemanfaatan teknologi komputasi algoritma dengan pendekatan parametris.