Abstract:
Liquifaksi merupakan suatu kondisi pada massa tanah yang mengalami deformasi secara terus menerus pada tegangan residual yang rendah, disebabkan oleh terjadinya tekanan air pori yang meningkat yang menyebabkan berkurangnya tegangan efektif dan pada kondisi tertentu mencapai nol. Daerah yang diprediksi rentan terhadap liquifaksi tidak berarti akan terjadi liquifaksi jika terjadi gempa, ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memperkirakan kemungkinan terjadinya liquifaksi diantaranya berdasarkan kriteria geologi, historis, gradasi tanah dan kondisi awal tanah pada saat gempa. Dari beberapa kriteria hasil penelitian saling melengkapi dan memberikan suatu hal baru dari hasil penelitian yang telah dibuat oleh beberapa peneliti lain. Berdasarkan laporan USGS ( United States Geological Survey ), kejadian Gempa Padang pada tanggal 30 September 2009 jam 17:16:09 tersebut bersumber di 0.788° LS, 99.961° BT dengan kedalaman fokus 80 km dan hanya berjarak 45 km dari kota Padang dengan kekuatan 7.9 SR memberikan dampak kerusakan yang besar dan berpotensi liquifaksi, sehingga penelitian yang akan dilakukan menggunakan sedimen pasiran tanah dari Padang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi liquifaksi dengan konsep Critical State dan uji Piezocone sedimen pasiran Kota Padang. Penelitian dilakukan di laboratorium menggunakan Triaxial CU dan di lapangan dilakukan Uji Piezocone serta pemodelan beberapa kepadatan dengan uji Piezocone. Critical State merupakan konsep perubahan volume diperoleh dari kombinasi kepadatan dan tegangan efektif yang terjadi pada material tersebut. Hasil dari uji piezocone merupakan nilai tahanan konus dan besar tegangan air pori, dengan grafik State Parameter dan metode Shibata & Terrapaksa dievaluasi potensi liquifaksi. Hasil evaluasi pasir Padang berpotensi liquifaksi, dalam hal ini dapat memberi informasi kepada pemerintah daerah setempat untuk mengetahui kondisi lapisan tanah dan sebagai kriteria untuk perencanaan desain fondasi.