Karakteristik fisik koridor komersial antar kota baru dalam kaitannya dengan penataan periferi kawasan terstruktur dan regulasi : Kasus studi: koridor Serpong Tangerang Selatan

Show simple item record

dc.contributor.author Tobing, Rumiati Rosaline
dc.contributor.author Siahaan, Uras
dc.contributor.author Julia, Dewi
dc.date.accessioned 2017-08-23T08:05:40Z
dc.date.available 2017-08-23T08:05:40Z
dc.date.issued 2014
dc.identifier.other 139339
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/3077
dc.description.abstract Masalah urbanisasi, keterbatasan lahan, dan permasalahan kota lainnya menyebabkan perkembangan fisik arsitektural di perkotaan sulit untuk dikendalikan. Pengembangan kota baru merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh pemerintah untuk berbagai tujuan termasuk pemerataan pembangunan fisik maupun memperbaiki kualitas fisik arsitektural kota induk/kota utama dengan menyediakan kota penunjang di wilayah yang berdekatan. Pada kenyataannya terjadi gejala ketidak seimbangan struktur fisik kota akibat konsep linkage yang tidak dipikirkan dengan serius. Karena pembentukan fisik arsitektural kota membutuhkan waktu yang panjang dan merupakan akumulasi setiap tahap perkembangannya. Pengembangan kota baru tidak hanya menyangkut aspek fisik spasial yang berkaitan dengan arsitektur, geografi dan demografi, tetapi dipengaruhi pula oleh aspek sosial dan budaya dari lingkungan perkotaan yang dikembangkan. Dengan demikian pengembangan kota baru akan menimbulkan dampak yang seharusnya diantisipasi melalui perencanaan dan perancangan penghubungnya, karena berbagai masalah akan timbul terutama terhadap kualitas fisik arsitektural. Antara lain tekanan urbanisasi yang tidak terkendali akan mengubah srtuktur kota kearah negatif, dan mengakselerasi alih-fungsi pada struktur, pola ruang arsitektural dan wajah permukiman. Sehingga muncul fenomena pemadatan fisik, ketidak teraturan struktur ruang dan berbagai hal negatif lainnya. Melalui 3 tahap, maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi struktur fisik arsitektural kawasan penyambung antara kota baru dan kota utama, agar ditemukan kekuatan dan kelemahan dalam proses perancangan maupun pembangunannya. Tahap pertama adalah kegiatan identifikasi secara detail tentang kondisi fisik kota baru, penyambung dan kota induk. Tahap kedua menemukan kekuatan-kekuatan fisik arsitektural yang ada dan kelemahan yang ada serta tahap ketiga menemukan aspek khusus yang mempengaruhi perkembangan fisik arsitektur yang ideal dalam menghubungkan kota induk dan kota baru. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : Pendekatan melalui kasus studi sebagai unit amatan, kerangka pemikiran, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis dan penarikan kesimpulan. en_US
dc.publisher Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNPAR en_US
dc.relation.ispartofseries Research Report - Engineering Science;Vol.2 2014
dc.subject PENATAAN KAWASAN en_US
dc.title Karakteristik fisik koridor komersial antar kota baru dalam kaitannya dengan penataan periferi kawasan terstruktur dan regulasi : Kasus studi: koridor Serpong Tangerang Selatan en_US
dc.type Research Reports en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account