Abstract:
Bahan bakar yang saat ini sangat banyak digunakan sebagai sumber energi adalah bahan bakar minyak (BBM). BBM merupakan sumber daya tak terbaharui karena proses pembentukannya yang memakan waktu yang sangat lama. Untuk mengantisipasi terjadinya krisis bahan bakar, perlu dikembangkan bahan bakar berbasis sumber daya yang dapat diperbaharui, salah satunya adalah biodiesel. Bahan baku biodiesel yang potensial untuk
dikembangkan di Indonesia adalah minyak biji kapok (Ceiba pentandra). Namun biodiesel yang berasal dari biji kapok temyata bereaksi positif pada Uji Halphen, karena masih mengandung gugus siklopropenoid. Gugus siklopropenoid bersifat reaktif sehingga membuat biodiesel menjadi kental (viscous) dan menimbulkan deposit yang menyebabkan penyumbatan pada nozzle mesinimotor diesel.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi proses hidrogenasi yang cocok untuk mengkonversi gugus siklopropenoid dalam minyak biji kapok. Penelitian dilakukan dengan proses hidrogenasi perpindahan minyak biji kapok menggunakan larutan kalium format sebagai pendonor hidrogen. Katalis 5% palladium dengan penyangga karbon dibuat dan digunakan untuk mempercepat dan mendukung terjadinya proses hidrogenasi.
Temperatur hidrogenasi dilakukan pada temperatur rendah agar reaksi polimerisasi gugus siklopropenoid tidak terjadi. lumlah katalis PdlC ditentukan agar proses hidrogenasi terjadi dengan efisien, mengingat harga Palladium yang tinggi. Metode titrasi menggunakan reagen
Durbetaki dilakukan untuk mengetahui konsentrasi gugus siklopropenoid sebelum dan setelah proses hidrogenasi.
Proses hidrogenasi perpindahan dengan menggunakan larutan kalium format
(KCOOH) 10M sebagai sumber hidrogen dapat mengkonversi gugus siklopropenoid yang terkandung dalam minyak kapok. Semakin lama proses hidrogenasi dilakukan, maka semakin banyak gugus siklopropenoid yang terkonversi. Namun, minyak kapok memiliki suatu batasan dimana minyak tersebut akan berubah struktumya akibat terjadinya reaksi polimerisasi. Dalam rentang percobaan yang telah dilakukan, proses hidrogenasi lebih baik dilakukan pada temperatur 55°C.