Abstract:
Saat ini koridor Jalan Braga telah mengalami perubahan citra arsitekturalnya, banyak bangunan yang telah berubah wajahnya. Perubahan ini mengindikasikan pergeseran makna tempat dari konteks masa lalunya. Makna tempat dapat berubah seiring perubahan ruang dan waktu.
Makna tempat menjadi isu dalam penelitian ini. Fokus penelitian dilakukan pada koriodor Jalan Braga yang memiliki perubahan fisik paling banyak dan aktivitas yang hidup.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui makna tempat pada koridor Jalan Braga saat ini melalui pengamatan aspek fisik dan non fisik, dan menjadi masukan untuk melengkapi penelitian terdahulu kawasan Braga sehingga dapat menjadi informasi tambahan bagi revitalisasi kawasan Braga.
Dilakukan pendekatan hermeneutika pengalaman arsitektural pada kasus studi. Alat penelitian adalah sensori inderawi visual dan non visual dalam mengkaji koridor sebagai sebuah ruang yang dibagi menjadi aspek horisontal berupa jalan – trotoar dan aspek vertikal berupa fasad bangunan.
Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa perubahan bentuk arsitektur bangunan pada koridor Jalan Braga tidak mempengaruhi konteks kawasan sebagai koridor komersil. Elemen dan susunan objek fisik dan non fisik masih didominasi oleh referensi susunan kolonial Belanda. Terjadi rigoritas bentuk yang membatasi aktivitas tempat.
Kesimpulan telah terjadi degradasi makna tempat dari paradigma ekonomi, sedangkan paradigma arsitektural mengatakan makna tempat memiliki konteks yang konsisten pada romantisme masa lalu. Kolaborasi ini menghasilkan makna tempat saat ini adalah romantisme terhadap bangunan eks kolonial Belanda yang telah menjebak koridor Jalan Braga menjadi sebuah monumen.