dc.contributor.advisor |
Wibowo, Andreas |
|
dc.contributor.author |
Kurniawan, Andreas |
|
dc.date.accessioned |
2017-07-26T07:56:23Z |
|
dc.date.available |
2017-07-26T07:56:23Z |
|
dc.date.issued |
2017 |
|
dc.identifier.other |
tes1791 |
|
dc.identifier.uri |
http://hdl.handle.net/123456789/2698 |
|
dc.description.abstract |
Sebanyak 85 persen nilai pasar konstruksi dikuasai oleh kontraktor besar yang hanya 5
persen dari total 160.000 badan usaha. Tingginya nilai pasar konstruksi yang dikuasai oleh
kontraktor besar tersebut identik dengan banyaknya kegiatan, tingginya tingkat kesulitan,
dan berbagai ketidakpastian.
Enterprise Risk Management (ERM) adalah salah satu pendekatan holistik dalam
mengidentifikasi risiko perusahaan yang mungkin dihadapi dan menentukan respon yang
tepat dan sesuai dengan risk appetite perusahaan tersebut. Penelitian ini melibatkan 31
perusahaan kontraktor besar yang diukur tingkat maturitas ERM perusahaannya.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan model Zhao et al. (2013) yang dimodifikasi
dengan menambahkan 12 subkriteria agar dapat disesuaikan dengan industri konstruksi di
Indonesia. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Zhao et al. (2013), metoda Fuzzy Set
Theory (FST) digunakan karena memiliki keunggulan dalam menangani ambiguitas.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai ERMMI dari sampel perusahaan sebesar 0,662
(skala 0-1) di mana dapat dikategorikan “high”. Penelitian lebih lanjut mendapati bahwa
hubungan yang positif antara tingkat maturitas ERM terhadap pengalaman perusahaan,
klasifikasi perusahaan, dan adopsi SNI ISO 31000:2011. Dibandingkan dengan hasil
penelitian serupa, penelitian ini menunjukkan bahwa sampai batas tertentu, perusahaan
konstruksi Indonesia dapat dianggap lebih dewasa daripada perusahaan konstruksi China
yang beroperasi di Singapura dalam hal tingkat ERM.
Penelitian ini juga mendapati bahwa “persepsi bahwa ERM menambah biaya dan
administrasi”, “persepsi bahwa ERM menambah birokrasi”, dan “kualitas data yang
rendah” merupakan tiga faktor utama penghambat implementasi ERM. Di sisi lain,
“permintaan dan dorongan dari dewan dan manajemen senior”, “persyaratan kepatuhan
hukum dan peraturan”, dan “persyaratan rating perusahaan” merupakan tiga faktor
pendorong utama implementasi ERM.
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya seperti
penelitian mengenai dampak kinerja proyek, tingkat penerapan SNI ISO 31000-2011
terhadap kinerja perusahaan dan dampak dari ukuran perusahaan terhadap tingkat maturitas ERM. |
en_US |
dc.publisher |
Program Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan |
en_US |
dc.subject |
Enterprise risk management, perusahaan konstruksi, model maturitas, fuzzy set theory, analisis korelasi, faktor penghambat, faktor pendorong, Indonesia |
en_US |
dc.title |
Mengukur level maturitas Enterprise Risk Management (ERM) kontraktor besar di Indonesia |
en_US |
dc.type |
Master Theses |
en_US |
dc.identifier.nim/npm |
NPM2015831005 |
|
dc.identifier.kodeprodi |
KODEPRODI810#Teknik Sipil |
|