Abstract:
Kebudayaan merupakan strategi kehidupan. Pada hakekatnya manusia tidak hanya sekadar makhluk alami tetapi lebih-lebih sebagai makhluk budaya. Manusia sebenarnya membentuk kebudayaan dan dibentuk oleh kebudayaan. Dalam realitas modern harus diakui bahwa
terdapat benturan-benturan antaran nilai-nilai modern dan nilai-nilai tradisional. Warga kota yang berdiam di wilayah pinggiran aeapkali membentuk sebuah cara hidup dan pola pandang tertentu.
Bandung yang dilalui beberapa sungai terutama Sungai Citarum menyimpan
persoalan pelik salah satunya adalah banjir. Berbagai upaya dilakukan namun dari tahun ketahun banjir akibat luapan Sungai Citarum tetap terjadi di musim penghujan dan kekeruhan air yang parah di musim kemarau. Warga masyarakat penghuni banta ran Sungai
Citarum dari masa ke masa senantiasa menyesuaikan diri dengan ritme sungai ini. Bila musim hujan maka warga penghuni bantaran bersiap untuk menghadapi bahaya banjir sedangkan pada musim kemarau mereka bersiap untuk meneium bau busuk sungai.
Dengan modal sosial yang kecil kelompok masyarakat ini umumnya tidak mempunyai banyak pilihan. Mereka tidak sanggup berpindah meneari tempat agar terhindar dari banjir. Mereka melihat banjir sebagai beneana, yang diatasi dengan berbagai cara sambil tetap
bertahan di rumahnya. Penelitian kecil ini ingin memetakan, membuat potret warga penghuni bantaran Sungai Citarum. Potret ini membantu penulis untuk merefleksikan makna kebudayaan seeara lebih hidup. Kebudayaan tidak lagi sebagai sebuah definisi rigid
tetapi kebudayaan sebagai sesuatu yang dinamis.