Abstract:
Perkembangan kota-kota di Asia Tenggara pada umumnya
ditandai dengan adanya fenomena dualisme di dalam kehidupan
kotanya. Fenomena tersebut meliputi aspek-aspek sosial-ekonomi,
sosial-budaya dan juga aspek tatanan fisiknya (TG.McGee,1971, 1975).
Demikian pula yang terjadi di Indonesia pada umumnya dan kota Bandung pada khususnya. Fenomena dualisme tersebut dapat berkembang terus-menerus dan berkesinambungan. Sehingga dapat dikatakan sebagai suatu bentuk perwatakan perkembangan kota di Indonesia. Salah satu bentuk aktual dari fenomena dualisme tersebut terwujudlah dengan adanya kegiatan perdagangan kaki-lima atau perdagangan sektor informal, di antara kegiatan perdagangan formal
Kehadiran jenis perdagangan kaki-lima itu di kawasan Pusat Kota tidak jarang mengundang berbagai permasalahan fisik maupun sosial. Bentuk permasalahan yang ditelaah disini berkaitan dengan dimensi spasial, yang diartikan sebagai konsep tatanan fisik serta interaksi perilaku kegiatan tersebut terhadap lingkungannya. Penelaahan karakteristik spasial tersebut dilakukan melalui analisis visual untuk mengkaji kual itas ekspresifnya serta kualitas fungsionalnya. Untuk maksud tersebut, identifikasi terhadap elemen-elemen spasial kawasan Pusat Kota diarahkan pada fenomena-fenomena fisik dan perilakunya dari kegiatan perdagangan formal dan informal. Analisis visual tersebut meliputi pengkajian skala semantik kawasan Pusat Kota secara utuh dan pengkajian daya tarik obyek visual yang dianggap potensial. Pengertian 'utuh', diartikan sebagai penampilan lingkungan visual secara keseluruhan berikut faktor-faktor pendukung atau pelengkap yang menyertai keberadaan fenomena dualisme yang dimaksud. Berbaurnya kegiatan perdagangan formal dan informal di Pusat Kota, dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan seperti perparkiran, sirkulasi kendaraan, dan pejalankaki, serta karakter spasial dan visual secara menyeluruh. Pengukuran terhadap tingkat penyerapan skala semantik dan tingkat daya tarik objek visual tersebut dilakukan dengan 'scoring' atau penilaian secara numerik (kuantitatif). Dari analisis ini dicoba
untuk memperoleh pertimbangan-pertimbangan potensial bagi prospek
pengembangan lingkungan visualnya. Di antaranya adalah
mendayagunakan fenomena perdagangan kaki-lima sebagai elemen
lingkungan visual yang potensial. Dengan demikian, ditinjau dari bidang perencanaan kota, kajian visual ini merupakan salah satu bentuk upaya pendekatan terhadap aspek peremajaan kota, khususnya untuk kawasan Pusat Kota.