Abstract:
Tingkat kehilangan air di PDAM Kota Bandung pada lima tahun terakhir, mulai dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 rata-rata berada di atas 45%. Fakta ini memberikan gambaran bahwa tingginya tingkat kehilangan air tersebut secara langsung maupun tidak langsung diakibatkan oleh lemahnya manajemen pemeliharaan jaringan distribusi air bersih di PDAM Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan pola pengorganisasian kegiatan pemeliharaan jaringan distribusi air bersih serta faktor-faktor penyebab lemahnya penyelenggaraan manajemen pemeliharaan jaringan distribusi air bersih di PDAM Kota Bandung yang akan ditinjau dari empat aspek, yaitu aspek organisasi, aspek keuangan, aspek teknis dan aspek administratif.
Hasil penelaahan menunjukkan bahwa pada penyelenggaraan aktivitas pemeliharaannya, tanggung jawab fungsi pemeliharaan jaringan distribusi air bersih dipikul oleh Bagian Perencanaan Teknik Air Bersih, Bagian Distribusi dan Bagian Alat Teknik & Meter yang dibantu oleh beberapa bagian lain yang berada pada divisi yang berbeda. Dalam penyelenggaraan fungsi pemeliharaan tersebut teridentifikasi adanya kelemahan dan kekurangan pada empat aspek yang ditinjau. Kerancuan pada susunan struktur organisasi, ketidaklengkapan deskripsi kerja, tidak memadainya kualitas sumber daya manusia serta lemahnya tingkat koordinasi menjadi faktor yang memperlemah manajemen pemeliharaan dari aspek organisasi. Kekurangan yang ada pada aspek organisasi memberikan dampak langsung kepada pola penyusunan anggaran pemeliharaan yang tidak cukup jelas dalam menggambarkan kebijakan pemeliharaan, sehingga anggaran yang diharapkan dapat menjadi alat pengevaluasi tidak berfungsi secara maksimal. Kelemahan lain pada aspek keuangan juga nampak pada keterbatasan kemampuan finansial PDAM Kota Bandung dengan adanya pembatasan pada beberapa jenis aktivitas pemeliharaan. Pada aspek teknis, minimnya standar serta prosedur pemeliharaan memperlemah kinerja, pemantauan serta evaluasi penyelenggaraan aktivitas pemeliharaan. Sementara pada aspek administratif, kelemahan dan kekurangan nampak pada terbatasnya kemampuan pengelolaan data pemeliharaan seperti data inventori komponen terpasang, data historis pemeliharaan serta tata cara penyusunan laporan pemeliharaan.
Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan meskipun PDAM Kota Bandung telah menyelenggarakan upaya pemeliharaan dengan pendekatan preventif serta korektif, kelemahan dan kekurangan yang dimiliki pada empat aspek yang ditinjau mencerminkan bahwa manajemen pemeliharaan yang ada tidak direncanakan dengan matang dan terintegrasi sehingga pengorganisasian serta pengendalian pemeliharaan tidak dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PDAM Kota andung belum memiliki sistem manajemen pemeliharaan yang tertata dengan baik. Untuk mengatasinya, PDAM Kota Bandung perlu melakukan pembenahan secara bertahap, berkesinambungan dan saling melengkapi pada faktor-faktor dari keempat aspek tersebut. Mengingat adanya keterbatasan finansial seyogyanya pembenahan dimulai pada faktor-faktor yang tidak membutuhkan biaya tinggi. Selanjutnya untuk memaksimalkan kinerja pemeliharaan tersebut, perlu dipertimbangkan agar pembenahan yang dilakukan tersebut dibarengi oleh penataan pada pola operasi pendistribusian yaitu dengan diterapkannya sistem zoning, sehingga upaya-upaya pemeliharaan dan peningkatannya menjadi terfokus pada area-area yang lebih kecil.