Abstract:
Relasi adalah modes of being kehidupan manusia dan semesta. "Ada" nya manusia atau semesta merupakan "ada" yang relasional. Relasi yang membuat hidup manusia dan semesta berlangsung terus dan sekaligus menunjukkan bahwa hidup adalah realitas yang plural. Relasi juga yang membuat semua yang ada di dalam semesta tersedot kedalam medan kehidupan. Relasi yang dimaksudkan di sini lebih sebagai jaringan proses yang berdimensi open-ended. Oleh karena, akan membawa kepada fusion of horizon dalam berbagai medan kehidupan. Paradigma relasi seperti ini lebih tumbuh dalam ranah mitos daripada medan rasionalisme ilmu pasti.
Inkarnasi merupakan perihal relasi Yang Ilahi dan tak terbatas dengan manusia dan dunia yang terbatas. Kisah ini terdapat di berbagai kultur dan religi, sekaligus mau menunjukan hakekat terdalam relasi manusia dengan yang transenden itu sungguh sesuatu yang archaic . Namun, karena paradigma berpikir substansial maka pola relasi ini diabaikan. Relasi jatuh menjadi perkara kebenaran subyek-obyek. Kebenaran sebagai realitas clara et distincta.
Dalam Kristianistas, relasi Allah-manusia nyata dalam diri Yesus Kristus. Ia merupakan konkretisasi relasi Allah-manusia. Intensifikasi relasi yang membuat Ia berkata, Aku dan Bapa adalah satu. Intensifikasi relasi ini juga yang membuat Ia menyapa Allah, Abba. Karena sedemikian mendalamnya relasi Ia dengan Bapa membuat yang lain tersedot kedalam pola relasi ini. Intensifikasi relasi ini juga yang membuat kita mengakui bahwa Dia adalah vere Deus vere homo. Dalam realitas yang pluralistik diperlukan paradigm shift dalam melihat realitas, dari paradigma substansial ke paradigma relasional, sehingga kisah inkarnasi sungguh merupakan kisah yang membawa pada transformasi kehidupan.