Abstract:
Setiap pribadi manusia itu unik. Situasi yang diciptakan dan yang pada akhirnya mengitarinya juga unik. Keunikan diri seseorang dan dunia ciptaannya memungkinkan banyak hal dalam dirinya tidak dapat dipahami secara utuh. Akan tetapi harus disadari bahwa sekalipun unik, namun ada struktur dasar yang sama antara diri seseorang individu dengan pribadi yang lain di luar dirinya. Demikian pula, dunia yang diciptakan seorang pribadi dengan dunia yang merupakan hasil rekayasa pribadi lain.
Dengan cara berpikir demikian, maka dapat dikatakan bahwa ada banyak hal yang tidak bisa dimengerti secara utuh dari diri seseorang. Sebaliknya juga benar, bahwa ada bganyak hal yang bias dipahami dan diketahui dari diri seseorang. Karena itu, dunia sastra, para penyair dan kata-kata yang digunakan dalam kehidupan seni budaya sastra yang ditekuninya dengan segala keunikannya tidak serta merta membuat dunia sastra berpisah dari dunia manusia pada umumnya. Demikian juga sang penyair dan kata-kata yang dipakainya dengan makna yang khas tidak membuatnya asing di tengah sesame manusia, di tengah masyarakat.
Dunia sastra memang memilki keunikannya tersendiri. Bahasa yang digunakan dirangkai dalam kalimat bermakna dalam penuh kiasan dan analogi. Seribu satu macam kata dirangkai dalam kalimat ucapan dan bait-baik sajak dan puisi yang mengandung makna polisemi.
Para penyairnya pun seolah memiliki dunia sendiri lepas dari masyarakat. Padahal, para penyair yang sedang berbicara, sebenarnya mereka berbicara tentang kenyataan hidup setiap hari. Bukan saja tentang kehidupan dirinya sendiri melainkan kehidupan sosial suatu masyarakat dan juga sebuah bangsa. Para penyair mengkritik kebijakan pembangunan yang mengabaikan rakyat, tidak berarti penyair itu seorang politisi. Dia hanya seorang sahabat semua jenis manusia hanya yang senantiasa berbicara tidak untuk kepentingan dirinya, dan tidak untuk mencari musuh melainkan dalam nada kritis dia tetap menjadi sahabat.