dc.description.abstract |
Kota Banjarmasin merupakan ibu kota Propinsi Kalimantan Selatan yang menjadi salah satu dari 10 kota gementte yang dikembangkan pemerintahan kolonial Belanda. Kota Banjarmasin terkenal sebagai kota air, dengan sebutan “kota seribu sungai”. Kota tumbuh pada tepi sungai Barito dan dibelah menjadi dua bagian oleh sungai Martapura yang. Sejumlah anak sungai bermuara kepada kedua sungai ini. Kelandaian sebagian permukaan kontur tanah menyebabkan bentuk aliran sungai berliku-liku dari hulu hingga ke hilirnya. Hal ini secara fisik-spasial mempengaruhi pembentukan lingkungan binaan baik arsitektur maupun perkembangan arsitektur kotanya. Kondisi fisik kota berada 0,16 m di bawah permuka air laut, mengakibatkan pasang laut masuk membanjiri kawasan kota, khususnya menjadi rutin pada kawasan tepian sungai. Upaya mengatasi permasalahan ini sudah tercatat sejak lama pada peta kota tahun 1700-1945. Era pemerintahan kolonial Belanda tahun 1890, Kota Banjarmasin dikembangkan sebagai kota Kanal, yaitu elemen parit kota yang dibangun untuk memperlancar dan mempercepat pengaliran air sungai (disebut Anjir dalam bahasa Banjar). Sejumlah kanal dibangun dan diantaranya ada 10 kanal ditempatkan dikawasan pusat kota, yang merupakan sodetan pada lekukan sungai atau meluruskan aliran sungai. Dari penelitian sebelumnya ditemukan 5 tipe ragam kanal yang di kembangkan pada pusat Kota Banjarmasin.
Sejarah kota mencatat perkembangan pesat pola fisik maupun pola sosial Kota Banjarmasin. Sejumlah faktor telah mempengaruhinya, baik internal, seperti kebijakan politik, ekonomi, sosial-budaya maupun faktor pengaruh eksternal pada hulu dan hilir sungainya. Secara fisik-spasial kota telah mengalami transformasi arsitektur kota sepanjang sejarahnya hingga kini. Transformasi arsitektur kota masa sekarang cenderung merubah wajah kota air jauh menjadi serupa tatanan kota darat, terutama pada lingkungan tepian sungai dan kanal Kota Banjarmasin. Sungai maupun kanal kota cenderung menjadi backyard bangunan ditepiannya yang tumbuh rapat, menyempit dan mengganggu fungsi daya dukung pengaliran airnya. Akibat logis kawasan kota menjadi langganan banjir genangan bila pasang naik.
Penelitian ini merupakan upaya akademik merekam pengaruh transformasi arsitektur kota tersebut, yang bertujuan untuk:
1.Mengkaji tentang faktor penyebab transformasi arsitektur kota pada elemen kanal Kota Banjarmasin yang dikembangkan era pemerintahan kolonial Belanda dan kondisinya sekarang.
2.Mempelajari dan mengali informasi tentang sistem elemen kanal Kota Banjarmasin yang dikembangkan oleh pemerintah kolonial Belanda.
3.Mengkaji permasalahan yang ditimbulkan dari transformasi arsitektur Kota Banjarmasin sekarang.
4.Mengusulkan pertimbangan solusi bagi masukan perkembangan kebijakan tata ruang arsitektur Kota Banjarmasin.
Cakupan hasil penelitian ini berguna untuk memperluas wawasan arsitektur kota tepian air [urban waterfront], dan bermanfaat sebagai informasi untuk pengembangan perencanaan/perancangan arsitektur.maupun arsitektur kota sungai.
Studi figur-ground terhadap transformasi kota dan arsitektur kota kanal menjadi dasar pendekatan teoritikal penelitian ini. Metode penelitian berbasis pada kualitatif- interpretatif sejarah kota. Untuk membaca transformasi arsitektur kota, lokasi penelitian dilakukan pada elemen kanal-kanal kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang direncanakan selesai selama 5-6 bulan. |
en_US |