Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tatanan spasial dan bentuk arsitektur tradisional Batak Toba di tiga lokasi, yaitu Lumban Pea, Banjar Ganjang, dan Gala-Gala. Tatanan spasial dan bentuk arsitektur tradisional menjadi aspek penting dalam memahami warisan budaya dan nilai-nilai masyarakat lokal. Penelitian ini melibatkan observasi lapangan, analisis dokumen, dan wawancara dengan penduduk setempat untuk mendapatkan pemahaman mendalam mengenai karakteristik masing-masing lokasi. Dalam hal tatanan spasial, Lumban Pea menunjukkan pola pemukiman yang padat dengan fokus pada kehidupan komunal yang erat. Banjar Ganjang cenderung menunjukkan pola yang lebih tersebar dengan penekanan pada unit keluarga individu dan lingkungan sekitarnya. Sementara itu, Gala-Gala mungkin menggabungkan elemen-elemen dari kedua pola pemukiman tersebut, tergantung pada topografi lokal dan faktor lingkungan lainnya. Dalam hal bentuk arsitektur, Lumban Pea mencirikan desain Batak Toba tradisional dengan atap yang khas dan ukiran-ukiran yang rumit. Banjar Ganjang menunjukkan variasi dalam desain, dipengaruhi oleh preferensi lokal dan sumber daya yang tersedia. Gala-Gala mungkin menampilkan perpaduan elemen-elemen tradisional dan adaptasi berdasarkan kebutuhan spesifik dan pengaruh komunitas setempat. Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana tatanan spasial dan bentuk arsitektur tradisional Batak Toba bervariasi di berbagai lokasi. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk pelestarian dan pengembangan berkelanjutan dari warisan budaya ini, serta memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih luas tentang kompleksitas keberagaman budaya di wilayah Batak Toba.