dc.description.abstract |
Studi ini akan mengungkap dan menjelaskan aspek individualitas dalam karya
desain arsitektur, yaitu keunikan dan kespesifikan yang selalu dihadirkan oleh
arsitek pada suatu karya desain arsitektur. Dalam budaya modern, individualitas
merupakan cerminan nature (hakikat alamiah) para arsitek dalam peradaban
modern untuk selalu berusaha melahirkan karya desain arsitektur yang berbeda.
Budaya modern telah meyakinkan manusia kepada keniscayaan akan pencapaian
individual yang unik dan original, terlebih pada profesi yang melibatkan proses
kreatif seperti halnya disiplin arsitektur.
Satu sisi karya desain arsitektur dipengaruhi oleh konsep ideologis internal sang
arsitek sebagai mahluk budaya, pada sisi lain arsitektur juga terpengaruh oleh
faktor-faktor eksternal seperti tekonologi. Konteks teknologi dan budaya yang
tersedia telah memberi peluang (sekaligus pembatasan) dalam penciptaan karya
arsitektur. Arsitektur kemudian memunculkan rentang ragam langgam dan paham
yang menunjukkan dinamika relasi individualitas dan kolektivitas dalam
arsitektur.
Selama hampir dua ribu tahun semenjak dilontarkan oleh Vitruvius kurang lebih
30 SM, arsitektur dipahami secara teoritik terbentuk oleh berbagai unsur dasar,
seperti: Fungsi; Bentuk; dan Keteknikan. Semenjak perkembangan pesat
arsitektur modern pada awal abad ke-20, berbagai pemikiran teoritik telah
memberi pengaruh signifikan pada arsitektur, seperti misalnya: peranan konteks
tempat (genius loci), peranan teknologi komputer (komputasi dan animasi), dan
teknologi produksi material. Arsitektur abad modern menjadi terlampau kompleks
untuk dipahami melalui teori-teori klasik.
Pendekatan metodologis dilakukan melalui pemahaman teoritik secara lebih luas,
baik teori pengetahuan (knowledge) maupun untuk proses kreasi (creation),
terutama terkait dengan pergeseran titik pandang dari pencarian esensi menuju
kepada relasi. Kerangka analisis dikembangkan terutama berdasarkan pendekatan
strukturalis yang mengandalkan pada pemahaman dualitas pada relasi unsur.
Untuk membantu memahami posisi relasi dualitas antara yang kertaji dan yang
akertaji dalam arsitektur maka dipergunakan juga pendekatan fenomenologis.
Studi ini memfokuskan penelitian pada kasus studi rumah tinggal (di Indonesia)
yang telah mendapat publikasi luas, milik perorangan hasil rancangan arsitek,
dengan pertimbangan bahwa desain rumah tinggal memberi peluang bagi arsitek
maupun pemilik untuk melahirkan gagasan yang bersifat individual. Perubahan
cepat pada arsitektur dunia semenjak dasawarsa 1960-an sampai sekarang, telah
memberi pengaruh pula pada arsitektur di Indonesia. Sejak awal dasawarsa 1990-
an berbagai gagasan baru pada desain rumah tinggal bermunculan di Indonesia,
terutama hasil rancangan para arsitek muda yang merasa bahwa arsitektur di
Indonesia mengalami masa stagnan.
Dari analisa kasus studi dapat disimpulkan secara umum bahwa keunikan desain
rumah tinggal pada kasus studi masih dalam dominasi kerangka langgam atau
paham arsitektur tertentu, misalnya minimalisme dan klasikisme. Keunikan desain
arsitektur masih berkutak-katik di seputar masalah asal berbeda dalam komposisi
individual (dalam kerangka langgam dan paham tertentu), tanpa misi yang lebih
besar bagi tempat (dan budaya) dimana arsitektur dibangun.
Unsur ideologis yang terkait erat dengan konteks arah perkembangan budaya
Indonesia, belum menjadi acuan arsitek untuk mencapai individualitas arsitektur
yang inovatif di Indonesia. Misi seperti ini misalnya, pernah dikembangkan oleh
Mclaine Pont (arsitek Aula Barat dan Timur di ITB) pada dasawarsa 1920-an,
dalam usaha mengembangkan arsitektur khas Hindia Belanda (Indonesia), pada
saat proses modernisasi Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda. |
en_US |