Abstract:
Perang Rusia-Ukraina telah memaksa negara-negara di seluruh dunia, termasuk di Asia Tenggara, untuk merumuskan respon diplomatik mereka. Meskipun berada dalam satu kawasan yang sama, Myanmar dan Singapura menunjukkan perbedaan signifikan dalam respon diplomatik mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan respon diplomatik tersebut dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan teori Realisme Neoklasik sebagai kerangka pemikiran utama, didukung oleh konsep politik luar negeri, respon diplomatik, dan kepentingan nasional untuk keperluan analisa. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi literatur dan analisis dokumen.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan respon diplomatik Myanmar dan Singapura terhadap Perang Rusia-Ukraina disebabkan oleh interaksi kompleks antara faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: (1) struktur politik domestik dan proses pengambilan keputusan, di mana Myanmar di bawah kendali junta militer memiliki fleksibilitas lebih besar dalam mengadopsi posisi kontroversial, sementara Singapura bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebijakan luar negeri yang pragmatis; dan (2) persepsi kepentingan nasional, di mana Myanmar memprioritaskan dukungan eksternal untuk rezim, sementara Singapura menekankan pentingnya menegakkan tatanan internasional berbasis aturan. Faktor eksternal mencakup: (1) hubungan historis dengan kekuatan besar, terutama hubungan Myanmar-Rusia dan Singapura-AS; dan (2) posisi geopolitik dan ketergantungan ekonomi masing-masing negara dalam konteks regional dan global.