Penentuan indikator kelayakan berjalan sebagai komponen sistem transportasi berkelanjutan

Show simple item record

dc.contributor.advisor Santosa, Wimpy
dc.contributor.advisor Salura, Purnama
dc.contributor.author Mulyadi, Agah Muhammad
dc.date.accessioned 2024-10-31T02:05:12Z
dc.date.available 2024-10-31T02:05:12Z
dc.date.issued 2023
dc.identifier.other dis318
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/19269
dc.description.abstract Pembangunan Kota yang berkelanjutan memiliki ciri yang humanis, yang mempunyai dimensi dan ukuran berdasarkan skala manusia. Metode untuk menjadikan fasilitas pejalan kaki yang humanis adalah dengan menerapkan konsep kelayakan berjalan. Penilaian kelayakan berjalan memerlukan penentuan indikator-indikator yang terkait dengan kelayakan berjalan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menentukan indikator kelayakan berjalan yang sesuai dengan kondisi dan peraturan di Indonesia, (2) menganalisis tingkat kepentingan dan tingkat kemudahan penerapan indikator kelayakan berjalan, (3) menentukan bobot indikator kelayakan berjalan, dan (4) menghitung indeks kelayakan berjalan di 3 kota, yaitu Jakarta, Bandung, dan Cimahi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan analisis tingkat kepentingan indikator, terdapat 37 indikator yang terpilih sebagai indikator kelayakan berjalan. Hasil Importance Performance Analysis pada aspek-aspek kelayakan berjalan, menunjukkan bahwa kuadran 2, yang menunjukkan tingkat kepentingan tinggi dan mudah diterapkan, memiliki indikator terbanyak, yaitu 21 indikator, dan dengan demikian hanya perlu mempertahankan kinerja indikator ini. Perhitungan pembobotan aspek-aspek kelayakan berjalan, sebagai kriteria, dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process, menunjukkan bahwa aspek aksesibilitas yang inklusif dan humanis memiliki bobot yang tertinggi. Sebaliknya, bobot yang terendah adalah aspek daya tarik. Pada pembobotan indikator sebagai subkriteria menunjukkan bahwa indikator terdapat ramp pada trotoar untuk memudahkan akses kursi roda memiliki bobot tertinggi, sedangkan indikator yang memiliki bobot paling rendah adalah indikator batas kecepatan kendaraan bermotor. Hasil analisis survei Indeks Kelayakan Berjalan yang dilakukan di 3 kota menunjukkan bahwa penilaian Indeks Kelayakan Berjalan di Jalan Sudirman Kota Jakarta termasuk kategori sangat layak berjalan, di Jalan Asia Afrika Kota Bandung termasuk kategori layak berjalan, dan di Jalan Gandawijaya Kota Cimahi termasuk kategori agak layak berjalan. Penelitian indikator kelayakan berjalan memiliki manfaat yang dapat digunakan sebagai metode evaluasi fasilitas pejalan kaki, sehingga dapat diukur indeks kelayakan berjalan yang telah disesuaikan dengan kondisi dan peraturan di Indonesia. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan bagi dunia internasional, sehingga suatu negara dapat menentukan indikator kelayakan berjalan yang sesuai dengan kondisi negara tersebut. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Program Studi Teknik Sipil Program Doktor Fakultas Teknik - UNPAR en_US
dc.subject FASILITAS PEJALAN KAKI en_US
dc.subject INDEKS KELAYAKAN BERJALAN en_US
dc.subject KELAYAKAN BERJALAN en_US
dc.subject KOTA BERKELANJUTAN en_US
dc.subject TROTOAR en_US
dc.title Penentuan indikator kelayakan berjalan sebagai komponen sistem transportasi berkelanjutan en_US
dc.type Dissertations en_US
dc.identifier.nim/npm NPM9102001007
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0417125401
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0409125501
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI832#Teknik Sipil


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account