Abstract:
Konstruksi bangunan tinggi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan, khususnya di kota besar seperti Jakarta. Wilayah Jakarta secara umum terdiri dari tiga lapisan utama, lapisan permukaaan merupakan lapisan lempung dengan konsistensi lunak sampai sedang, kemudian terdapat lapisan pasir berlanau yang sangat padat, dan kemudian diikuti dengan lapisan lempung lempung dengan konsistensi teguh sampai keras yang diselingi dengan lapisan pasir berlanau. Semakin banyak bangunan tinggi di Jakarta yang meletakkan fondasi-nya pada lapisan pasir yang padat, dan lapisan lanau lempung dibawahnya ikut berpartisipasi terhadap penurunan. Penentuan besar dan waktu penurunan yang terjadi menjadi faktor yang penting. Perhitungan penurunan umunya didasari oleh teori Terzaghi, yang mengasumsikan bahwa penambahan tegangan akibat beban luar sepenuhnya dipikul oleh air (u = ), yang menjadi persoalan adalah apakah asumsi ini berlaku untuk semua jenis tanah. Penelitian ini akan mempelajari karakteristik lempung teguh Jakarta, bagaimana tegangan air pori ekses terbentuk akibat pembebanan serta melakukan kajian perilaku penurunan lempung teguh berdasarkan data penurunan yang ada. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder, baik itu data tanah maupun data monitoring penurunan di lapangan, juga melakukan pengujian di laboratorium. Kesimpulan yang diperoleh adalah lempung teguh Jakarta yang umumnya merupakan tanah terkonsolidasi berlebih mempunyai perilaku yang berbeda dengan tanah terkonsolidasi normal. Ketika dibebani tidak sepenuhnya beban diterima oleh air, tetapi sebagian besar justru diterima oleh butiran tanah, hal ini menyebabkan penurunan yang terjadi relatif lebih kecil dibanding dari hasil perhitunagan dan lebih cepat. Penurunan yang paling besar adalah penurunan sampai dengan masa konstruksi, yang besarnya bisa mencapai 60% sampai 80% dari penurunan total.