Abstract:
Dalam tesis ini, penulis menjelaskan situasi pastoral keluarga pasca perkawinan di Keuskupan Bandung. Penulis berangkat dari persoalan keluarga masa kini yang kerap kali mengabaikan prinsip dasar dalam perkawinan Gereja Katolik, yakni unitas (kesatuan) dan indissollubilitas (tak terceraikan). Sikap tersebut bisa dilihat dari kasus-kasus permohonan pembatalan perkawinan yang masuk ke tribunal Keuskupan Bandung. Oleh karena itu, salah satu tujuan penelitian ini adalah mengkaji berbagai macam penyebab keluarga-keluarga mengalami dinamika hidup yang tidak harmonis sehingga mengajukan permohonan pembatalan ikatan perkawinan. Pelbagai macam kesulitan yang terjadi dalam keluarga dikaji dengan menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi yang di dalamnya terdapat Key Informant Interview (KII) dan Forum Group Discussion (FGD). Penerapan metode tersebut terhadap pengalaman iman umat memperlihatkan bahwa keluarga kurang mengenali upaya-upaya preventif yang berperan mencegah masalah yang merusak hubungan perkawinan. Hal itu bisa dilihat dari kebanyakan pengalaman umat yang tidak mengenal sarana pendampingan dan paradigma kurang baik terhadap keinginan untuk berkonsultasi dengan tenaga ahli. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa Gereja sebagai komunitas kristiani bertanggung jawab menyebarluaskan melalui bidang pewartaan terkait sarana-sarana pendampingan keluarga pasca perkawinan, menghidupkan semangat keluarga misionaris, menjamin efektivitas dan kontinuitas dari sarana pendampingan serta memperhatikan aspek kualitas dari para pendamping.