Abstract:
Penelitian ini mengkaji fenomena dan dinamika sakramen rekonsiliasi, landasan
teologis, serta pandangan-pandangan terkait sakramen rekonsiliasi di Paroki Santa
Maria Fatima (SMF) Sentul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan
budaya mempengaruhi praktik dan pemahaman umat terhadap sakramen ini. Faktor
seperti gaya hidup konsumerisme, hedonisme, perasaan malu, dan hilangnya
kepekaan terhadap dosa berkontribusi terhadap penurunan minat umat dalam
mengaku dosa. Padahal, sakramen rekonsiliasi merupakan sarana penting dalam
kehidupan beriman yang mendasarkan diri pada kasih dan pengampunan Allah.
Penelitian ini juga menyoroti pentingnya penerapan teologi sakramen rekonsiliasi
pasca Konsili Vatikan II dalam konteks umat saat ini. Melalui wawancara dengan
beberapa informan, ditemukan bahwa minat umat terhadap sakramen rekonsiliasi
di Paroki SMF Sentul tidak menurun secara signifikan, meskipun masih terdapat
umat yang enggan untuk mengaku dosa. Beberapa akar permasalahan yang
diidentifikasi meliputi rasa malu, takut, kurangnya pemahaman tentang dosa, dan
relativisme moral. Untuk meningkatkan antusiasme umat dalam mengaku dosa dan
memahami makna sakramen rekonsiliasi, penelitian ini menawarkan solusi pastoral
berupa katekese yang memadai. Solusi tersebut meliputi penekanan peran imam
sebagai pengajar sakramen rekonsiliasi, katekese tentang teologi sakramen
rekonsiliasi, dan pemahaman mengenai perlindungan rahasia peniten. Diharapkan
dengan adanya katekese ini, umat beriman dapat lebih memahami dan merayakan
sakramen rekonsiliasi dengan penuh keyakinan dan kesadaran akan kasih dan
pengampunan Allah.