dc.description.abstract |
Komunikasi dianggap sebagai aspek penting dalam rencana Tuhan bagi manusia, tetapi juga dapat disalahgunakan dalam kesombongan dan egoisme pribadi. Sindrom FoMO (Fear of Missing Out) menjadi fenomena yang melanda kaum muda dan mengakibatkan terabaikannya nilai komunikasi jujur dan autentik. Sindrom FoMO merupakan masalah serius yang berdampak pada kesehatan mental, merusak nilai luhur media sosial (seperti berbohong atau menyebarkan hoaks), merusak hubungan antarmanusia, dan juga merusak aspek spiritualitas hubungan manusia dengan Allah. Oleh karena itu, penting bagi kaum muda untuk menggunakan media sosial dengan bijak, menjaga privasi dan keamanan data, serta membangun kesadaran akan etika komunikasi di media sosial. Gereja Katolik melihat internet dan media sosial sebagai alat yang diberikan oleh Allah untuk menyebarkan pesan kebaikan, tetapi juga mengakui risiko dan tantangan yang terkait dengan penggunaannya. Umat Katolik, khususnya kaum muda, diingatkan untuk menggunakan internet dengan bijaksana, memeriksa kebenaran informasi, dan melawan penyebaran berita palsu. Dalam konteks teologis, kebenaran dan kebohongan memiliki makna yang signifikan. Yesus Kristus dianggap sebagai sumber utama kebenaran yang dapat membantu kaum muda mengatasi sindrom FoMO dan menjalani kehidupan yang bermakna. Kaum muda perlu menggunakan media sosial dengan bijak, menjaga hati nurani, dan melibatkan diri dalam dialog dengan Yesus untuk mengatasi dampak negatif budaya FoMo sehingga menemukan kebenaran, makna, dan kedamaian sejati dalam kehidupan. |
en_US |