Abstract:
Sebagian besar kehidupan mahasiswa dijalani di kampus, Selain dari kegiatan perkuliahan di ruangan tertutup, mahasiswa juga melakukan kegiatan yang menunjang perkuliahan dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan ini umumnya dilakukan di ruang terbuka (open space) dan di ruang luar (outdoor space) yang terlindung atap dan
bersilat terbuka atau semi terbuka. Berupa simpul-simpul aktivitas yang khusus direncanakan, seperti pada ruang di antara bangunan, maupun di jalur-jalur sirkulasi seperti pada teras dan selasar atau koridor. Dalam melakukan aktivitasnya sekalipun di ruang luar, mahasiswa membutuhkan kenyamanan termal, namun kenyamanan termal di ruang luar umumnya tidak memadai jika digunakan untuk beraktivitas, terutama kecepatan gerakan udara seringkali di luar batas nyaman. Kenyamanan termal di ruang luar dipengaruhi oleh faktor eksternal
berupa topografi, bangunan sekitar dan kinerja dari temperatur, kelembaban, arah dan kecepatan gerakan udara. Sedangkan pengaruh laktor internal adalah elemen-elemen pembentuk ruang luar, tingkat keterbukaan ruang, dimensi serta bentuk ruang dan kondisi elemen-elemen penunjang lainnya yang ada pada ruang luar tersebut. Untuk mencapai tingkat kenyamanan termal yang diinginkan perlu dilakukan pengendalian arah dan kecepatan gerakan udara di ruang luar melalui desain penataan tapak secara optimal. Diwujudkan dalam bentuk dan tata letak bangunan dan tanaman, serta pengolahan permukaan tanah dan elemen tapak lainnya, yang mampu mengkondisikan gerakan udara eksternal dengan memanfaatkan perbedaan tekanan udara,
Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas arsitektural ruang-ruang luar kampus yang menjadi obyek studi, peranannya bagi pengguna, serta pengaruh elemen-elemen pembentuk ruang luar dalam mengendalikan pergerakan udara di ruang-ruang luar tersebut
Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan pada ruang-ruang luar kampus dengan metode kualitatif - interpretatif. Berdasarkan pengamatan, keberadaan ruang luar sangat efektif, namun jumlahnya belum mencukupi dan belum merata terutama pada area selatan tapak,
Sedangkan peranan bangunan, tanaman dan pengolahan permukaan tanah umumnya dapat mengendalikan pergerakan udara, kecuali pada ruang luar bangunan rektorat yang berada dalam kondisi tidak nyaman hingga sangat tidak nyaman. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penataan tapak melalui bentuk dan tata letak bangunan lebih berpengaruh terhadap kenyamanan termal di ruang luar bangunan
daripada melalui bentuk dan tata letak tanaman, sedangkan melalui pengolahan permukaan tanah dapat mengarahkan aliran udara menuju ketinggian posisi duduk. Dalam perancangan ruang luar bangunan, bentuk dan tata letak bangunan serta tanaman, dan pengolahan permukaan tanah juga harus dipertimbangkan untuk kepentingan pengendalian gerakan udara yang berlebihan.