Abstract:
Penyampaian metode kontrak konvensional (design-bid-build) tidak terlalu cocok untuk percepatan proyek konstruksi. Design-build (DB) dapat memberikan keuntungan yang mana desain dan proses konstruksinya bisa tumpang tindih, dengan demikian prosesnya memberikan penghematan waktu yang cukup hesar. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah mengadopsi kontrak jenis ini untuk sejumlah proyek konstruksi berskala besar dan strategis, yang jika tidak proyek tersebut tidak akan selesai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor kritis yang memastikan keberhasilan proyek yang dilaksanakan berdasarkan kontrak DB. Total dari 44 faktor dipilih dari tinjauan literatur yang luas dan kekritisannya pada skala Likert 1-5 (1 = paling tidak kritis, 5 = paling kritis) melalui sebuah survei pada responden yang berpengetahuan luas pada pelaksanaan DB dari kedua sisi pemilik dan kontaktor DB. Berdasarkan relative importance index yang tersebar dari 0,2 (paling penting) sampai 1.0 (paling penting), faktor yang diidentifikasi diberi peringkat sebagai lima faktor teratas adalah (1) komunikasi yang efektif; (2) komitmen pemimpin tim kontraktor DB untuk menyelesaikan proyek sesuai jadwal, sesuai anggaran, dan tanpa mengorbankan kualitas; (3) manajemen komunikasi yang baik dari pemilik dengan konsultan dan kontraktor DB; (4) kemampuan desain dan manajemen yang solid dari kontraktor DB; (5) jadwal proyek yang terencana dengan baik; (6) kombinasi yang baik antara keterampilan desain dan teknik bangunan; dan (7) dana yang memadai selama proyek berlangsung. Temuan ini juga divalidasi dengan menggunakan wawancara mendalam dengan empat ahli. Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada median penilaian dari berbagai kelompok responden kecuali satu faktor.