Abstract:
Indonesia merupakan negara yang kaya akan ragam budaya lokal. Tiap daerah selain memiliki kekhasan budaya juga memiliki bentuk arsitektur lokal yang beraneka ragam. Arsitektur lokal memiliki peran penting bagi suatu kelompok masyarakat sebagai identitas budaya masyarakat tersebut, dan juga merupakan wadah bagi kebiasaan hidup masyarakat. Ditengah banyaknya kekayaan budaya yang dimiliki oleh Indonesia, tersimpan ancaman yaitu sebagian besar daerah di Indonesia merupakan daerah rawan bencana, terutama bencana gempa bumi dan gunung meletus. Pada setiap kejadian bencana alam, sering ditemukan pemberian hunian pasca bencana yang hanya memikirkan efisiensi, efektifitas serta kecepatan pembangunan tanpa memikirkan kelestarian arsitektur dan budaya lokal serta kesesuaian dengan budaya masyarakatnya. Dari permasalahan tersebut, perlu adanya kesadaran untuk melestarikan arsitektur dan budaya lokal dalam pemberian bantuan hunian untuk korban bencana. Dua contoh proses rekonstruksi paska bencana yang bisa dilihat adalah proses rekonstruksi di desa Ngibikan dan desa Nglepen Yogyakarta. Kedua kasus rekonstruksi hunian paska bencana ini menggunakan pendekatan desain yang berbeda, sehingga menghasilkan desain dan tingkat keberhasilan yang berbeda. Dengan metode perbandingan / komparasi dan analitis deskriptif kedua objek studi ini dibandingkan baik dari proses perencanaan dan pembangunan serta hasil dari desain yang telah dihuni kurang lebih 10 tahun. Dari hasil perbandingan kedua objek studi tersebut dapat disimpulkan bahwa hunian dengan bentuk lokal (rumah tipe kampung) dengan material lokal yang didesain untuk dapat dikembangkan dikemudian hari sangat menjawab kebutuhan masyarakat dibandingkan dengan hunian berbentuk dome dari beton bertulang yang sangat sulit untuk dikembangkan. Selain itu, proses melibatkan masyarakat dari proses desain/ perencanaan sampai proses pembangunan akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah desain karena dapat menjawab kebutuhan dan mewadahi kebiasaan budaya masyarakatnya. Diharapkan, dengan adanya kesadaran akan pentingnya arsitektur lokal, adanya bencana di Indonesia bukan menjadi ancaman bagi keberlangsungan budaya-budaya lokal yang ada di Indonesia, namun sebagai salah satu cara untuk menggali dan memperkenalkan kembali kekayaan arsitektur lokal yang didalamnya tersimpan kekayaan budaya dan kebiasaan hidup masyarakat suatu suku bangsa.