Abstract:
Variabilitas pada pelaksanaan konstruksi menyebabkan sejumlah pemborosan (waste) meskipun pada tahap awal proyek, perencanaan telah disusun dengan detail. Menghadapi permasalahan tersebut, industri konstruksi berupaya meningkatkan efisiensi proyek dengan menerapkan konsep konstruksi ramping (KR; lean construction), dimana konsep ini merupakan hasil adopsi dari industri manufaktur. Di beberapa negara maju, implementasi KR menunjukkan dampak positif bahkan dalam penerapannya, KR digabungkan dengan piranti lunak seperti Building Information Modeling (BIM). Pada sejumlah penelitian di Amerika, Cina, dan Arab Saudi mengenai integrasi konsep KR dengan BIM, keduanya memiliki interaksi kuat yang mendukung satu sama lain dalam mereduksi pemborosan. Di Indonesia, KR dengan BIM mulai diimplementasikan di beberapa konstruksi namun belum ada identifikasi lebih lanjut mengenai potensi penerapan kedepannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menemukenali hasil implementasi KR dengan BIM dengan menjawab empat pertanyaan penelitian: penerapan prinsip KR di Indonesia, integrasi KR dengan BIM, manfaat dan tantangan pengguna, faktor penghambat, serta strategi dalam proses adopsi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara semiterstruktur dengan praktisi KR dan praktisi BIM yang memiliki rata-rata pengalaman selama 5 tahun. Data primer diperoleh dari responden yang merupakan perwakilan perusahaan kontraktor berskala besar dengan pengerjaan pada tahap desain dan konstruksi. Beberapa responden mengakui adanya penolakan dari tim konstruksi yang disertai upaya manajemen dalam menanamkan pola pikir selama proses adopsi di Indonesia. Berbeda dengan implementasi KR dengan BIM di negara maju yang sudah matang, BIM baru mampu mendukung penuh 4 dari 12 prinsip KR di antaranya: mereduksi variabilitas, manajemen visual, flow and value, dan reduksi siklus. Responden merasakan banyak keuntungan yang diperoleh selama penerapan KR dengan BIM seperti lingkungan kerja kolaboratif, deteksi masalah lebih awal, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan efisiensi pekerjaan. Meskipun demikian, pengguna perlu memperhatikan beberapa tantangan seperti pembelajaran yang harus dilakukan secara paralel, memerlukan kegigihan dan tindakan visioner. Para responden setuju bahwa KR dengan BIM sebagai inovasi konstruksi memiliki potensi besar ke depannya, namun untuk mencapai hal tersebut, perlu adanya penanggulangan terhadap hambatan adopsi seperti biaya investasi, restrukturasi organisasi, dan pengembangan sumber daya manusia.