Abstract:
Stimulan aromaterapi diketahui dapat meminimasi kantuk ketika
mengemudi. Namun, sejauh ini belum ada penelitian yang menunjukkan pengaruh
jenis metode pemaparan aromaterapi terhadap tingkat kantuk ketika mengemudi
dalam jangka panjang. Terutama ketika pengemudi sudah mengalami kondisi
kekurangan tidur. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh jenis metode pemaparan terhadap tingkat kantuk pengemudi yang
mengalami kondisi kekurangan tidur ketika harus mengemudi dalam jangka
panjang.
Penelitian dilakukan secara laboratory study menggunakan driving
simulator dengan melibatkan 12 partisipan perempuan dan 12 partisipan laki-laki
(21-25 tahun) yang kekurangan tidur. Setiap paritispan mengalami 2 perlakuan,
pemaparan aromaterapi secara kontinu dan intermittent-10 menit. Partisipan
diminta mengemudi selama 90 menit dalam kondisi jalan monoton. Pengukuran
gelombang otak dilakukan selama berkendara untuk mengukur rasio kantuk
dengan Muse 2 Electroencephalogram (EEG). Sedangkan, pengukuran
kewaspadaan dikaukan sebelum dan sesudah mengemudi menggunakan PCPVT
2.0 dengan indikator mean RT, %minor lapses, dan mean 1/RT. Data yang
telah terkumpul diolah menggunakan mixed ANOVA.
Hasil pengolahan menunjukkan bahwa tingkat kantuk hanya dipengaruhi
oleh jenis metode pemaparan aromaterapi saja, ketika mengemudi jangka panjang
dalam kondisi monoton (p-value = 0,049). Sedangkan, mean RT, %minor lapses,
dan mean 1/RT tidak dipengaruhi oleh jenis metode pemaparan aromaterapi dan
jenis kelamin (p-value > 0,05). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa
pemaparan aromaterapi intermittent-10 menit efektif dalam meminimasi kantuk
partisipan yang kekurangan tidur ketika berkendara jangka panjang dalam kondisi
jalan monoton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaparan aromaterapi
intermittent-10 menit menghasilkan tingkat kantuk yang lebih rendah dibandingkan
pemparan aromaterapi kontinu.