Abstract:
Dalam rangka memperkuat ketahanan dan pertumbuhan ekonomi, pemerintah terus
menstimulus devisa penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di berbagai sektor termasuk
diantaranya sektor transportasi perkeretaapian. Berdasarkan Peraturan Dirjen Perkeretaapian di
Kementerian Perhubungan tahun 2015, komponen biaya yang diperhitungkan untuk PNBP
berasal dari penggunaan prasarana perkeretaapian milik negara dalam bentuk Track Access
Charge (TAC). Pada implementasinya, nilai TAC yang dibebankan kepada operator
perkeretaapian (yang dalam hal ini adalah PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI)) ditentukan nilainya
sebagai TAC = 0,75 x IMO, di mana variabel IMO atau Infrastructure Maintenance Operation
menyatakan pendanaan penyelenggaraan prasarana perkeretapian yang ditanggung oleh
negara sebagaimana diatur pada Peraturan Menteri Perhubungan nomor PM 156 Tahun 2015.
Penentuan nilai TAC tersebut masih sering menimbulkan perdebatan karena dianggap tidak
didasarkan pada tingkat atau frekuensi aktual penggunaan prasarana, melainkan hanya
berdasarkan besarnya biaya pengelolaan dan pemeliharaan seluruh prasarana perkeretaapian
yang dialokasikan/dibutuhkan oleh pemerintah. Secara khusus, formula tersebut dianggap tidak
efektif dan realistis karena tidak didasarkan pada data aktual realisasi operasional kereta api
(KA) di lapangan.
Untuk memastikan penentuan nilai TAC yang lebih efektif dan berdasarkan data (data driven)
aktual penggunaan prasarana, diperlukan suatu proses perhitungan dan pengukuran aktual
realisasi pengoperasian KA di lapangan. Dalam konteks ini, penentuan nilai TAC yang lebih
realistis memerlukan adanya data aktual realisasi operasional perkeretaapian dari suatu sistem
alat ukur beban terintegrasi yang sering disebut sistem weigh-in-motion (WIM). Sistem WIM
tersebut dapat digunakan untuk menentukan setidaknya nilai aktual terkait jumlah, jarak
tempuh, jumlah stamformasi, dan berat sarana setiap KA yang beroperasi.
Penelitian ini bertujuan untuk
(i) menentukan konfigurasi sistem WIM yang sesuai dengan karakterisktik operasional KA di
Indonesia, serta
(ii) menentukan jumlah dan posisi peletakan optimal sistem WIM di jaringan perkeretaapian
di Indonesia.
Berdasarkan data historis operasional KA yang tersedia serta informasi yang dibutuhkan dalam
penentuan TAC, penelitian ini merancang konfigurasi sistem WIM yang dapat menghitung total
tonase dan jarak tempuh aktual pada operasional setiap KA pada rentang waktu tertentu yang
diinginkan. Kemudian, dengan menggunakan konsep pada graph theory dan teknik network
observability, penelitian ini juga akan menentukan jumlah dan posisi stasiun tempat peletakan
sistem WIM yang optimal yang dibutuhkan untuk menentukan frekuensi dan total tonase pada
pengoperasian seluruh KA di seluruh Indonesia.